
RI News Portal. Jakarta – Dunia perfilman Indonesia kembali diramaikan dengan hadirnya film horor baru bertajuk Narik Sukmo, hasil kolaborasi Mesari Pictures dan JP Pictures, yang dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop pada 3 Juli 2025. Film ini disutradarai oleh Indra Gunawan dan diadaptasi dari novel populer karya Dewi Sofia, menghadirkan narasi yang sarat dengan elemen mistisisme dan budaya lokal sebagai wujud sinema horor yang tidak hanya menakutkan, tetapi juga sarat makna antropologis.
Melalui akun Instagram resmi @filmnariksukmo, publik disuguhkan trailer dan poster perdana yang berhasil menciptakan atmosfer mencekam. Poster tersebut memperlihatkan tokoh utama, Kenara, yang diperankan oleh Febby Rastanty, sedang dicekam tangan hitam misterius—sebuah metafora visual yang memperkuat nuansa supranatural dalam narasi film.

Cerita film dimulai dari sudut pandang Kenara, seorang mahasiswi urban yang mengikuti ajakan sahabatnya ke sebuah desa terpencil bernama Kelawangin. Kehadirannya di desa tersebut menandai awal dari serangkaian peristiwa janggal, terutama ketika ia mengalami mimpi berulang tentang sosok bayangan hitam yang mencoba menelannya. Mimpi itu kemudian menjelma nyata ketika tubuhnya tanpa sadar menarikan Tarian Narik Sukmo, sebuah ritual kuno yang dipercaya masyarakat setempat sebagai medium penarikan sukma manusia oleh entitas leluhur.
Konflik berkembang ketika kutukan kuno yang selama ini terpendam di desa Kelawangin kembali terbangkitkan. Dalam proses pencariannya untuk memahami rahasia di balik pengalaman gaib tersebut, Kenara bertemu Dierja (diperankan oleh Aliando Syarief), pria lokal yang menyimpan pengetahuan mengenai sejarah kelam desa mereka. Bersama beberapa karakter lain seperti Ayu (Dea Annisa), Banyu (Yama Carlos), dan Ratimayu (Kinaryosih), film ini membangun ketegangan dramatis yang tidak hanya menyentuh aspek horor, tetapi juga menyelami psikologi trauma kolektif dan mitos lokal.
Baca juga : Kunjungan Presiden Prabowo ke Singapura: Memperkuat Diplomasi Regional dan Agenda Strategis Bilateral
Secara sinematik, Narik Sukmo tampaknya tidak hanya menawarkan sensasi horor konvensional, tetapi juga menampilkan pertemuan antara modernitas dan tradisi dalam bingkai ketegangan spiritual. Ritual, kutukan leluhur, dan simbol-simbol budaya diangkat sebagai elemen naratif utama, menjadikan film ini sebagai karya yang memiliki nilai kultural dan potensi kajian etnografis. Pendekatan ini sejalan dengan tren sinema horor Indonesia pascareformasi yang semakin mengeksplorasi akar budaya dalam membingkai ketakutan, bukan semata-mata dari elemen jumpscare atau supranatural Barat.
Dari perspektif kajian budaya (cultural studies), Narik Sukmo dapat dilihat sebagai refleksi dari kecemasan kolektif masyarakat terhadap warisan mistis yang belum terselesaikan secara sosial maupun spiritual. Film ini juga menyiratkan ketegangan antara ruang modern (mahasiswi kota) dengan ruang tradisional (desa terpencil), yang dalam banyak studi antropologi kerap memunculkan narasi liminal—yakni kondisi ambang antara dunia nyata dan dunia tak kasat mata.
Dengan menghadirkan aktor-aktris muda dan senior dalam susunan pemainnya, serta mengangkat isu mistisisme lokal yang jarang disorot secara mendalam dalam sinema arus utama, Narik Sukmo berpotensi menjadi bahan diskusi penting dalam forum kajian film, budaya visual, dan representasi horor dalam konteks Indonesia kontemporer.
Pewarta : Vie

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal
#teman, #all, #wartawan, #berita