
RI News Portal. Subulussalam, 14 September 2025 – Di bawah langit cerah yang membentang luas, Lapangan Sada Kata di Kompleks Perkantoran Walikota Subulussalam menjadi saksi bisu atas sebuah perayaan yang sarat makna. Peringatan Hari Jadi Kota Subulussalam yang ke-63 berlangsung sederhana namun penuh khidmat, aman, dan terkendali pada Minggu pagi ini. Acara ini bukan hanya sekadar rutinitas tahunan, melainkan sebuah panggung refleksi kolektif yang menggema dengan semangat persatuan dan visi ke depan untuk sebuah kota yang Islami, sejahtera, dan bermartabat.
Dipimpin langsung oleh Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, perayaan ini dihadiri oleh deretan tokoh penting dari Pemerintah Provinsi Aceh. Meski diselenggarakan secara sederhana, rangkaian acara—mulai dari pembacaan doa, penampilan seni tradisional Aceh, hingga upacara bendera—berjalan dengan semarak yang menyentuh hati. Suasana Lapangan Sada Kata yang hijau dan asri seolah menjadi metafor bagi potensi alam Subulussalam yang belum tersentuh sepenuhnya, siap untuk dikembangkan menjadi sumber kebanggaan warga.
Keikutsertaan para tokoh nasional dan daerah menambah kilauan pada acara ini. Hadir secara khusus mantan Gubernur Aceh ke-15, Abdullah Puteh, yang dikenal sebagai arsitek perdamaian pasca-konflik di Aceh. Ia disertai oleh Muslim Ayub, anggota DPR RI yang mewakili suara rakyat Aceh di tingkat nasional; Mukarramah Fadhlullah, Ketua Staf Ahli TP PKK Aceh yang aktif dalam pemberdayaan perempuan dan keluarga; serta Bupati Aceh Selatan dan Bupati Aceh Singkil, yang kehadirannya melambangkan solidaritas lintas wilayah di tanah Serambi Mekkah.

“Keberadaan para tokoh ini bukan hanya menambah semangat perayaan, tapi juga menjadi katalisator nyata bagi pembangunan Subulussalam,” ujar salah seorang warga setempat, yang menyaksikan acara dari pinggir lapangan. Kehadiran mereka mengingatkan bahwa Subulussalam bukanlah entitas terisolasi, melainkan bagian integral dari mozaik kemajuan Aceh yang lebih luas. Dalam konteks akademis, keikutsertaan tokoh-tokoh ini dapat dianalisis sebagai bentuk networking politik yang memperkuat legitimasi lokal pemerintahan, sebagaimana dibahas dalam studi tentang dinamika otonomi daerah di Indonesia pasca-reformasi.
Puncak acara adalah amanat penyampaian Wakil Gubernur Fadhlullah, yang disampaikan dengan nada tegas namun penuh inspirasi. Beliau menegaskan bahwa peringatan Hari Jadi ini melampaui sekadar seremonial. “Ini adalah momentum emas untuk memperkuat kebersamaan dan rasa persaudaraan kita. Mari kita tanamkan semangat dan tekad membangun daerah yang lebih baik,” katanya, disambut tepuk tangan meriah dari hadirin.
Fadhlullah tidak hanya berhenti pada retorika umum. Ia menyoroti isu-isu strategis yang relevan dengan konteks ekonomi dan sosial Subulussalam. Pengembangan hilirisasi industri sawit, katanya, harus menjadi prioritas utama untuk menciptakan nilai tambah bagi petani lokal dan mengurangi ketergantungan pada ekspor mentah. “Sawit bukan hanya komoditas, tapi fondasi ekonomi yang bisa kita olah menjadi produk bernilai tinggi,” tegasnya. Selain itu, beliau mendorong optimalisasi potensi wisata alam yang melimpah, seperti Air Terjun Sipinang dan Lau Tiga, yang menawarkan panorama hijau nan memukau. “Potensi wisata di sini sangat menjanjikan. Bayangkan, wisatawan yang datang bukan hanya melihat keindahan, tapi juga merasakan kedamaian Islami yang autentik,” tambahnya.
Baca juga : Pemuda di Mandailing Natal Hanyut Terseret Arus Sungai Batang Natal
Belum lagi, Wagub menyinggung program inovatif pemerintah pusat: pemberian makan bergizi gratis bagi anak-anak sekolah di Subulussalam. Meski implementasinya belum maksimal, beliau menekankan pentingnya pengawasan ketat untuk memastikan manfaatnya sampai ke tangan yang tepat. “Ini adalah investasi jangka panjang untuk generasi muda kita, yang akan menjadi penerus semangat Sada Kata,” ujarnya.
Menutup amanatnya, Fadhlullah menyematkan harapan yang visioner: “Semoga Hari Jadi ke-63 ini menjadi tonggak baru bagi Subulussalam untuk tumbuh sebagai kota Islami yang sejahtera dan bermartabat. Satukan langkah kita, kobarkan semangat Sada Kata demi kemajuan kota tercinta!”
Acara berakhir dengan doa bersama dan penyerahan plakat kenang-kenangan, meninggalkan kesan mendalam bagi ribuan warga yang hadir. Dari perspektif jurnalistik akademis, perayaan ini mencerminkan transisi Subulussalam dari kota kecil menjadi pusat potensial di Aceh, di mana elemen budaya Islami berpadu dengan agenda pembangunan berkelanjutan. Sebuah narasi yang patut diikuti, karena di balik kesederhanaan, tersirat janji masa depan yang cerah.
Pewarta : Jaulim Saran
