RI News Portal. Brebes, 31 Oktober 2025 – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Brebes menggelar bakti sosial bertajuk “Jumat Berkah” dengan membagikan puluhan nasi kotak kepada masyarakat sekitar, tukang becak, dan pengguna jalan yang melintas di depan lembaga tersebut. Kegiatan yang berlangsung di halaman depan Lapas ini dipimpin langsung oleh Kepala Lapas, Gowim Mahali, bersama seluruh jajaran petugas.
Inisiatif ini bukan sekadar rutinitas akhir pekan, melainkan manifestasi nyata dari semangat berbagi yang ingin ditanamkan Lapas Brebes sebagai institusi publik. Gowim Mahali menegaskan bahwa aksi sederhana tersebut merupakan bentuk rasa syukur sekaligus upaya mempererat hubungan simbiosis dengan komunitas lokal. “Kami ingin menebar kebahagiaan dan keberkahan bersama melalui langkah kecil yang konsisten,” katanya saat memimpin pembagian.
Kegiatan ini sekaligus menjadi wujud dukungan terhadap 13 Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, khususnya pada pilar peningkatan pelayanan publik dan penguatan nilai kemanusiaan. Dalam konteks akademis, pendekatan ini mencerminkan paradigma correctional social responsibility—di mana institusi pemasyarakatan tidak lagi diposisikan sebagai entitas tertutup, melainkan agen perubahan sosial yang terintegrasi dengan lingkungan sekitar.
Suasana keakraban terlihat jelas saat warga menerima nasi kotak. Seorang tukang becak bernama Slamet (52) mengaku terharu atas perhatian yang diberikan. “Sudah lama tidak merasakan perhatian seperti ini dari institusi pemerintah,” ujarnya sambil tersenyum. Interaksi spontan antara petugas Lapas dan penerima bantuan menciptakan momen kebersamaan yang hangat, sekaligus mematahkan stereotip negatif terhadap institusi pemasyarakatan.

Gowim menambahkan bahwa kehadiran Lapas Brebes harus memberikan multiplier effect positif, baik dalam pembinaan warga binaan maupun kontribusi sosial. “Kami tidak ingin hanya menjadi penjaga, tapi juga pemberi manfaat nyata bagi masyarakat,” tegasnya. Komitmen ini diperkuat dengan rencana menjadikan “Jumat Berkah” sebagai agenda rutin bulanan, dengan variasi bentuk bantuan sesuai kebutuhan masyarakat.
Dari perspektif sosiologi pemasyarakatan, inisiatif ini dapat dibaca sebagai upaya de-stigmatisasi terhadap Lapas sebagai institusi yang selama ini kerap diasosiasikan dengan pengucilan. Dengan membuka diri pada interaksi sosial positif, Lapas Brebes secara tidak langsung membangun modal sosial baru yang berpotensi mengurangi resistensi masyarakat terhadap keberadaan lembaga tersebut.
Kegiatan ini juga menunjukkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan dapat diimplementasikan dalam skala mikro tanpa memerlukan anggaran besar. Dalam konteks kebijakan publik, pendekatan bottom-up seperti ini layak direplikasi oleh Lapas lain sebagai model community-based correctional engagement yang berkelanjutan.
Dengan semangat “Bermanfaat Untuk Masyarakat”, Lapas Brebes menegaskan komitmennya untuk terus menjadi bagian dari solusi, bukan masalah, dalam ekosistem sosial lokal. Langkah ini menjadi bukti bahwa institusi pemasyarakatan dapat bertransformasi menjadi pusat kebaikan yang inklusif dan berdaya guna.
Pewarta : Tur Hartoto

