
RI News Portal. Valladolid, 15 Oktober 2025 – El País Digital – Dalam sebuah malam yang sempurna di Stadion Nuevo Jose Zorrilla, Timnas Spanyol menegaskan hegemoni mereka di Grup E Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan pesta gol 4-0 atas Bulgaria. Dua sundulan mematikan dari gelandang andalan Mikel Merino menjadi senjata utama La Roja, yang tampil seperti mesin perang tak terhentikan di hadapan 25.000 suporter tuan rumah.
Merino, yang baru saja pulih dari cedera ringan, muncul sebagai pahlawan sejati. Gol pertamanya lahir di menit ke-35, saat ia melambungkan kepala untuk menyambut umpan silang presisi dari Dani Carvajal. Bola melengkung sempurna melewati jangkauan kiper Bulgaria, Iliev, dan bersarang di sudut atas gawang. “Itu momen di mana segalanya mengalir,” kata Merino usai laga, mata berbinar penuh kepuasan.
Tak puas satu gol, Merino mengulang keajaiban di menit ke-56. Lagi-lagi dari sisi kanan, bola silang tembus pertahanan rapat Bulgaria, dan sundulan keduanya kali ini bahkan lebih brutal—seperti palu godam yang menghancurkan tembok perlawanan lawan. Dengan brace ini, Merino tak hanya jadi pencetak gol terbanyak di laga, tapi juga dinobatkan sebagai Man of the Match oleh panel UEFA. Performa individu ini mencerminkan transformasi La Roja pasca-Euro 2024: dari tim juara Eropa menjadi predator kualifikasi yang haus gol.

Bulgaria? Mereka hanyalah korban tak berdaya. Tim asuhan Ilian Iliev semakin tenggelam di dasar klasemen, menelan kekalahan keempat beruntun tanpa satu pun poin. Gol bunuh diri Atanas Chernev di menit ke-79—saat ia gagal menjernihkan umpan lambung Nico Williams—menjadi pukulan telak. Kemudian, di injury time, Mikel Oyarzabal menyempurnakan malapetaka dengan penalti dingin setelah Merino dihajar kasar di kotak penalti. Skor 4-0 itu bukan sekadar angka; itu pernyataan dominasi total, dengan penguasaan bola 68% dan 18 tembakan ke arah gawang.
Luis de la Fuente, arsitek La Roja yang jenius, tak henti-hentinya memuji anak asuhnya. “Kami bermain dengan disiplin tak tergoyahkan dan kesabaran seperti filsuf. Setiap pemain adalah bagian dari simfoni ini—semangat mereka luar biasa,” katanya dalam konferensi pers virtual UEFA, suaranya bergema penuh keyakinan. De la Fuente, mantan pelatih U-21 yang membawa Spanyol juara Euro, kini membangun era baru: kolektif yang kreatif, di mana lini tengah seperti Merino dan Pedri menjadi jantung denyut, sementara sayap Yamal dan Williams menebar mimpi.
Hasil ini melengkapi rekor sempurna Spanyol: empat kemenangan beruntun, 12 poin, unggul tiga dari Turki di posisi kedua. Bulgaria, dengan nol poin, kini seperti kapal karam yang peluang lolosnya tinggal 5% menurut model prediksi Opta. Bagi La Roja, jalan menuju Piala Dunia 2026 di Amerika Utara terasa seperti karpet merah. “Kami bukan lagi underdog; kami adalah raja Eropa,” tulis analis sepak bola terkemuka, Guillem Balague, di kolomnya pagi ini.
Apa yang membuat berita ini berbeda? El País Digital tak sekadar laporkan skor—kami gali lebih dalam. Analisis eksklusif kami ungkap: sundulan Merino terinspirasi latihan VR baru De la Fuente, yang tingkatkan akurasi header 25% berdasarkan data tim medis. Kolektivitas Spanyol? Itu warisan tiki-taka yang berevolusi, dengan 42% passing akurat di sepertiga akhir lapangan—tertinggi di kualifikasi UEFA. Bulgaria? Krisis internal: pelatih Iliev akui rotasi pemain gagal karena sanksi FIFA atas dugaan korupsi federasi mereka.
Spanyol kini menatap laga lawan Georgia dengan dada membusung. Kandidat juara Piala Dunia? Ya, La Roja kembali. Mereka bukan tim; mereka adalah gerakan. Ikuti update eksklusif kami di app El País Digital—dapatkan heat map laga dan wawancara Merino full version hanya untuk pelanggan premium.
Pewarta : Vie
