
RI News Portal. Kuala Lumpur, 22 Oktober 2025 – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dijadwalkan tiba di Kuala Lumpur pada Minggu (26/10) untuk menghadiri KTT ASEAN ke-47, acara yang dipandang sebagai panggung krusial bagi upaya membangun perdamaian kawasan dan memperkuat ikatan ekonomi di Asia Tenggara. Kunjungan ini, yang dikonfirmasi oleh pejabat tinggi Malaysia, tidak hanya menandai kembalinya Trump ke panggung multilateral regional sejak masa jabatannya yang pertama, tetapi juga membawa dimensi baru dalam dinamika geopolitik Asia, di mana Amerika Serikat berupaya merebut inisiatif di tengah persaingan dengan kekuatan lain.
Menurut pernyataan Menteri Komunikasi Malaysia Fahmi Fadzil dalam konferensi pers di ibu kota, “Kedatangan Presiden Trump pada 26 Oktober telah dipastikan, dan Kementerian Luar Negeri akan segera mengumumkan penyesuaian jika ada perubahan.” Sebagai tuan rumah ketuaan ASEAN tahun ini, Malaysia menggelar KTT dengan tema “Inklusivitas dan Keberlanjutan” dari 26 hingga 28 Oktober, yang diharapkan melibatkan diskusi mendalam tentang isu-isu mendesak seperti sengketa Laut China Selatan dan krisis kemanusiaan di Myanmar. Selain rapat internal antar-anggota, forum ini akan menampilkan pertemuan tingkat tinggi dengan mitra dialog utama, termasuk Amerika Serikat, China, Jepang, dan India, untuk merumuskan strategi kerja sama yang lebih terintegrasi.

ASEAN, yang lahir di Bangkok pada 8 Agustus 1967, kini terdiri dari sepuluh negara: Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Namun, KTT kali ini akan menjadi momen bersejarah dengan penetapan resmi Timor Leste sebagai anggota ke-11. Keputusan ini, yang telah lama ditunggu sejak pengajuan Timor Leste pada 2011, mencerminkan komitmen blok regional untuk memperluas lingkup inklusivitas, meskipun menghadapi tantangan seperti persiapan institusional dan penyesuaian ekonomi bagi negara muda yang baru merdeka pada 2002. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyebut langkah ini sebagai “simbol persatuan yang lebih kuat,” yang diharapkan membuka peluang baru bagi integrasi ekonomi dan stabilitas politik di wilayah yang rentan.
Di balik agenda utama, kunjungan Trump menambahkan lapisan dramatis melalui perannya dalam menyaksikan penandatanganan perjanjian perdamaian antara Kamboja dan Thailand. Konflik bersenjata di perbatasan kedua negara, yang meletus pada pertengahan tahun ini dan menewaskan puluhan nyawa serta mengungsi ratusan ribu warga, telah mereda berkat mediasi intensif yang melibatkan Trump secara langsung. Perjanjian yang dijadwalkan ditandatangani di sela-sela KTT ini, yang disebut sebagai “Deklarasi Kuala Lumpur,” tidak hanya akan mengakhiri gencatan senjata sementara, tetapi juga merangkum komitmen jangka panjang seperti pembersihan ranjau darat, penarikan pasukan, dan kerjasama melawan kejahatan lintas batas seperti penipuan daring. Analis regional menilai, kehadiran Trump sebagai saksi bisa menjadi “titik balik diplomatik,” mengingat peran Washington dalam mendesak kedua pihak untuk berdialog bilateral setelah bentrokan awal yang melibatkan serangan udara dan roket.
Baca juga : Sekolah Garuda: Membuka Peluang Pendidikan Berkualitas untuk Anak Indonesia
Kunjungan Trump ini juga menyoroti ambisi Amerika untuk memperdalam keterlibatan di Asia Tenggara, di mana isu perdagangan menjadi sorotan utama. Diperkirakan, diskusi bilateral dengan Anwar Ibrahim akan membahas potensi kesepakatan perdagangan timbal balik, yang bisa menurunkan tarif impor Amerika terhadap barang-barang Malaysia seperti elektronik dan furnitur. Namun, langkah ini bukan tanpa kontroversi: kelompok masyarakat sipil di Kuala Lumpur telah merencanakan demonstrasi damai pada hari kedatangan Trump, menyerukan agar forum regional tidak didominasi oleh agenda luar negeri yang dianggap mengabaikan isu lokal seperti hak asasi manusia dan lingkungan. Meski demikian, para pakar optimis bahwa KTT ini bisa menghasilkan pernyataan bersama yang lebih kuat tentang keberlanjutan, termasuk inisiatif hijau untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil di kawasan.
Setelah Malaysia, Trump akan melanjutkan perjalanan ke Jepang dan Korea Selatan untuk menghadiri KTT Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), di mana topik utama mencakup rantai pasok global dan mitigasi risiko geopolitik. Bagi ASEAN, KTT di Kuala Lumpur bukan sekadar pertemuan rutin, melainkan ujian nyata bagi kemampuannya dalam memediasi konflik dan mendorong pertumbuhan inklusif di tengah badai ekonomi global. Dengan kehadiran Trump, acara ini berpotensi menjadi katalisator bagi era baru diplomasi kawasan, di mana perdamaian dan kemakmuran saling terkait erat.
Pewarta : Setiawan Wibisono
