
RI News Portal. Jakarta — Hari ini menandai enam tahun berdirinya Komando Operasi Khusus Tentara Nasional Indonesia (Koopssus TNI), sebuah satuan elite gabungan dari tiga matra utama TNI yang dibentuk sebagai respons atas kompleksitas ancaman keamanan nasional, baik dari dalam maupun luar negeri. Diresmikan pada 30 Juli 2019 di Markas Besar TNI Cilangkap oleh Panglima TNI saat itu, Marsekal Hadi Tjahjanto, Koopssus kini menjadi tulang punggung operasi strategis dengan keberhasilan tinggi yang menuntut kecepatan, presisi, dan sinergi antar matra.
Pembentukan Koopssus TNI didasari oleh kebutuhan negara akan satuan elite yang mampu menghadapi ancaman asimetris dan non-konvensional, seperti terorisme lintas negara, sabotase strategis, dan penyanderaan yang melibatkan kepentingan nasional. Landasan hukumnya adalah Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2019, sebagai revisi dari Perpres No. 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi TNI. Dalam regulasi tersebut ditegaskan bahwa Koopssus adalah bagian dari Badan Pelaksana Pusat (Balakpus) di bawah komando langsung Panglima TNI, yang pengoperasiannya dapat dilakukan atas perintah Presiden RI.
Koopssus menjadi simbol konkret interoperabilitas militer Indonesia. Satuan ini terdiri dari prajurit terpilih dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL, dan Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU.

Koopssus memiliki mandat yang sangat khusus: menyelenggarakan operasi militer selain perang yang memerlukan efektivitas tinggi, seperti pembebasan sandera, penindakan terorisme lintas batas, serta pengamanan objek vital strategis negara. Salah satu misi penting yang pernah diemban Koopssus adalah keterlibatannya dalam operasi pembebasan pilot Susi Air, Philips Mark Methrtens, yang disandera oleh kelompok separatis bersenjata di Papua.
Selain operasi tempur, Koopssus juga dilibatkan dalam diplomasi pertahanan melalui latihan gabungan internasional. Pada Juli 2025, Koopssus berpartisipasi dalam dua latihan strategis: Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Trisula Wyvern dengan pasukan khusus Australia (Socom ADF) dan Latgabma Talisman Sabre 2025, latihan militer terbesar dua tahunan yang digelar Australia dan Amerika Serikat serta melibatkan 13 negara, termasuk Indonesia.
Kepemimpinan Koopssus berada di bawah Dankoopssus yang bertanggung jawab langsung kepada Panglima TNI. Dalam operasionalisasinya, setiap unsur pasukan khusus tetap melaksanakan tugas berdasarkan spesifikasi matra masing-masing, namun dalam kerangka komando yang terintegrasi.
Baca juga : Panen Raya Semangka Baturetno: Momentum Kebangkitan Ekonomi Hortikultura Wonogiri
Letjen (Purn) Bambang Ismawan, ketika masih menjabat Kepala Staf Umum (Kasum) TNI, pernah menekankan pentingnya kesiapsiagaan Koopssus dalam merespons perintah mendesak dari Panglima TNI atau Presiden: “Siapkan segala sesuatunya, misalnya bila Panglima TNI atau Presiden perintahkan untuk bebaskan sandera, dipikirkan dari sekarang,” ujarnya pada 15 Agustus 2023.
Keberadaan Koopssus TNI mencerminkan transformasi doktrin militer Indonesia ke arah peningkatan kapabilitas rapid deployment force dan integrated joint operations. Dalam teori keamanan kontemporer, Koopssus memenuhi kriteria sebagai strategic tool of deterrence and rapid response, yang sangat dibutuhkan dalam era ancaman multidimensi, seperti cyber warfare, proxy war, dan insurgensi.
Dari sudut pandang hukum pertahanan, Koopssus juga mencerminkan perluasan fungsi militer di luar peran konvensional (combat force) menuju keterlibatan dalam non-war military operations yang mendukung diplomasi dan stabilitas nasional.
Enam tahun pasca pembentukannya, Koopssus TNI telah menunjukkan bahwa interoperabilitas matra bukan hanya wacana, melainkan kebutuhan strategis dalam postur pertahanan modern. Dengan berbagai pengalaman operasi dan latihan multinasional, Koopssus tidak hanya memperkuat pertahanan nasional, tetapi juga menjadi representasi soft power Indonesia di panggung militer global.
Pewarta : Yudha Purnama
