RI News Portal. Surabaya, 6 November 2025 – Kunjungan kehormatan Penasihat Presiden Federasi Rusia Nikolai Patrushev ke Gedung Negara Grahadi pada Rabu (5/11) menjadi momentum krusial bagi penguatan hubungan bilateral antara Jawa Timur dan Rusia. Dalam pertemuan yang berlangsung singkat namun intensif, Gubernur Khofifah Indar Parawansa menekankan peluang kolaborasi di sektor maritim, pendidikan kemaritiman, serta penelusuran sejarah diplomasi, yang berpotensi memperkuat posisi strategis provinsi ini sebagai gerbang logistik nasional.
Khofifah menyampaikan apresiasi atas kesempatan dialog tersebut, yang menghasilkan pertukaran informasi strategis. “Kerja sama dengan Federasi Rusia dapat mencakup investasi dermaga, pengembangan industri pembuatan kapal (shipbuilding), peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta eksplorasi mendalam terhadap hubungan historis Rusia-Indonesia,” ungkapnya dalam pernyataan tertulis yang diterima pada Kamis.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa posisi Jawa Timur sebagai simpul konektivitas nasional menjadi fondasi utama proposal kolaborasi ini. Provinsi ini memasok sekitar 80 persen kebutuhan logistik untuk wilayah Indonesia timur, dengan Pelabuhan Tanjung Perak sebagai pusat distribusi. Dari 39 jalur tol laut nasional, 21 di antaranya berawal dari Surabaya, menjadikan Jawa Timur sebagai “gerbang baru Nusantara” dalam arsitektur transportasi maritim Indonesia.

“Konektivitas Indonesia timur bergantung pada transportasi laut, mengingat keterbatasan infrastruktur darat seperti kereta api,” jelas Khofifah. Hal ini didukung oleh data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025, di mana Jawa Timur mencatatkan angka 5,23 persen (year-on-year), melampaui rata-rata nasional 5,12 persen. Dengan luas wilayah mencapai 36,23 persen dari total Pulau Jawa dan kontribusi 14,44 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di antara 38 provinsi, potensi ekonomi daerah ini menjadi daya tarik investasi asing.
Di bidang pendidikan, Khofifah menyoroti kebutuhan penguatan sumber daya manusia kemaritiman. “Penguasaan sektor maritim oleh tenaga ahli lokal menjadi prioritas untuk mendukung ekspansi industri,” katanya, yang selaras dengan visi pemerintah pusat menjadikan Surabaya sebagai pusat industri maritim.
Dari perspektif Rusia, Patrushev menekankan warisan historis sebagai jembatan kolaborasi. Ia mengenang peran rakyat Rusia dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda. “Untuk memperingati kerja sama erat ini, kami mengusulkan pembangunan bersama monumen kapal selam Pasopati,” ujarnya, merujuk pada aset historis yang melambangkan dukungan militer Soviet era Perang Dingin.
Baca juga : Movie Review: ‘Predator: Badlands’ – Tubuh Terpisah, Cerita Menyatu
Patrushev juga menyatakan kesiapan Rusia untuk proyek bilateral, termasuk infrastruktur maritim dan industri kapal, yang dianggap vital bagi pertumbuhan Jawa Timur. Usulan ini tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga strategis, mengingat posisi geopolitik Rusia di Arktik dan pengalaman dalam teknologi shipbuilding dapat mentransfer pengetahuan ke Indonesia.
Secara akademis, pertemuan ini mencerminkan evolusi hubungan Rusia-Indonesia pasca-Perang Dingin, dari bantuan militer menjadi kemitraan multipilar. Kolaborasi maritim berpotensi mengurangi ketergantungan Indonesia pada mitra Barat, sementara aspek pendidikan dapat menghasilkan generasi ahli yang adaptif terhadap teknologi Rusia. Penelusuran sejarah, melalui monumen bersama, berfungsi sebagai soft diplomacy untuk memperkuat identitas bilateral.
Optimisme Khofifah terhadap “ruang baru” hubungan ini didasarkan pada dialog konstruktif delegasi tingkat tinggi. Jika direalisasikan, kolaborasi ini dapat menjadi model provinsial dalam diplomasi ekonomi Indonesia, khususnya di tengah dinamika global pasca-pandemi dan ketegangan geopolitik.
Pewarta : Sugeng Rudianto

