
RI News Portal. Kuala Lumpur, 25 Mei 2025 — Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Sugiono, menegaskan pentingnya kohesivitas dan soliditas internal ASEAN dalam merespons dinamika geopolitik yang kian tegang dan fragmentasi ekonomi global yang semakin mengemuka. Hal ini disampaikan dalam Pertemuan Para Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting/AMM) yang menjadi bagian dari rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-46 ASEAN di Kuala Lumpur Convention Center, Malaysia.
Dalam pidatonya, Menlu Sugiono menyoroti bahwa kredibilitas ASEAN sebagai aktor regional utama sangat bergantung pada kemampuannya menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan. Ia menegaskan kembali urgensi pembaruan komitmen terhadap Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC), yang disebutnya sebagai pilar utama dalam arsitektur perdamaian regional. Menjelang peringatan 50 tahun TAC pada 2026, Menlu RI mendorong agar ASEAN mengambil langkah-langkah substantif, bukan sekadar prosedural, dalam meneguhkan kembali semangat kerja sama damai antarnegara anggota.
Lebih lanjut, Sugiono menggarisbawahi pentingnya menjaga relevansi dan sentralitas ASEAN, khususnya dalam menghadapi berbagai inisiatif kemitraan eksternal yang terus berkembang. Dalam konteks ini, Indonesia mendorong diadopsinya ASEAN Decision on Enhancing Relations with External Partners—sebuah dokumen panduan strategis yang diharapkan dapat memperkuat mekanisme kerja sama ASEAN dengan para mitra eksternalnya, namun tetap dalam koridor kepemimpinan ASEAN (ASEAN-led framework).

Dukungan terhadap Timor-Leste untuk menjadi anggota penuh ASEAN juga menjadi bagian penting dalam pernyataan Menlu RI. Indonesia, kata Sugiono, mendukung adopsi pedoman aksesi terhadap seluruh instrumen hukum ASEAN oleh Timor-Leste. Ia juga menyerukan solidaritas dan bantuan teknis dari semua negara anggota guna memastikan transisi Timor-Leste menjadi anggota ke-11 ASEAN dapat berjalan inklusif dan berkelanjutan.
Krisis Myanmar kembali menjadi sorotan dalam pertemuan tersebut. Menlu Sugiono menyebut situasi di Myanmar sebagai ancaman serius terhadap stabilitas kawasan dan menyerukan langkah konkret untuk menghentikan kekerasan serta membuka ruang bagi dialog inklusif. “Karena harga dari tidak melakukan apa-apa sangat tinggi,” ujarnya. Sugiono menekankan bahwa ASEAN harus bersatu dalam membantu Myanmar menciptakan perdamaian yang Myanmar-led dan Myanmar-owned, menegaskan pendekatan yang menghormati kedaulatan namun tetap berpijak pada prinsip-prinsip demokrasi dan kemanusiaan.
Pertemuan AMM kali ini turut dihadiri oleh seluruh Menlu ASEAN, perwakilan dari Timor-Leste, serta Sekretaris Jenderal ASEAN. Delegasi Myanmar hanya diwakili oleh pejabat non-politis, sesuai kebijakan pembatasan partisipasi menyusul kudeta militer 2021. Dalam pertemuan ini, ASEAN juga mengadopsi panduan teknis untuk memfasilitasi aksesi Timor-Leste serta adendum terhadap Treaty on the Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone (SEANWFZ).
Secara akademik, pernyataan Menlu Sugiono mencerminkan penguatan diplomasi normatif Indonesia dalam kerangka regionalisme Asia Tenggara. Kohesi internal dan sentralitas ASEAN telah menjadi tema utama dalam diskursus integrasi kawasan pasca-pandemi dan di tengah konstelasi geopolitik Indo-Pasifik yang kian kompetitif. Penekanan terhadap TAC dan upaya de-eskalasi konflik Myanmar memperlihatkan posisi Indonesia sebagai norm entrepreneur yang konsisten mengedepankan stabilitas regional berbasis dialog dan multilateralisme.
Penguatan kemitraan eksternal melalui dokumen ASEAN-led juga penting dikaji dari perspektif tata kelola hubungan internasional. Pendekatan ini menyeimbangkan kebutuhan ASEAN untuk membuka ruang kerja sama strategis tanpa kehilangan otoritas normatif dalam menentukan arah dan batas keterlibatan mitra eksternal, termasuk dalam isu-isu sensitif seperti Laut Cina Selatan, perubahan iklim, dan transformasi digital.
Dari sisi hukum internasional, komitmen terhadap aksesi hukum ASEAN oleh Timor-Leste mencerminkan pendekatan inklusif namun berbasis aturan (rule-based regionalism). Ini menegaskan bahwa pelembagaan ASEAN terus mengalami pendalaman, meskipun tantangan implementasi dan kesenjangan kapasitas antarnegara anggota tetap menjadi hambatan struktural.
Pewarta : Diki Eri S

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal