RI News Portal. Deli Serdang, 14 Desember 2025 – Upaya percepatan pemulihan akses komunikasi digital di wilayah terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor di Pulau Sumatra menunjukkan hasil yang menggembirakan, khususnya di Provinsi Sumatra Utara. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menyatakan bahwa tingkat pemulihan jaringan telekomunikasi di provinsi tersebut telah mencapai angka yang sangat tinggi, memungkinkan mayoritas masyarakat kembali terhubung dengan dunia luar.
Bencana hidrometeorologi yang melanda Sumatra sejak akhir November 2025 telah menyebabkan kerusakan luas pada infrastruktur vital, termasuk ribuan menara pemancar sinyal (Base Transceiver Station/BTS). Gangguan ini tidak hanya menghambat komunikasi pribadi, tetapi juga mempersulit koordinasi penanganan darurat, distribusi bantuan logistik, dan akses terhadap informasi kesehatan serta evakuasi. Dalam konteks pemulihan pascabencana, konektivitas digital menjadi elemen krusial karena memfasilitasi pertukaran data real-time antarpenanggulangan bencana, keluarga terpisah, serta akses layanan publik daring.
Menurut Meutya Hafid, yang menyampaikan pernyataan tersebut saat menghadiri kegiatan doa bersama di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, pada Sabtu (13/12/2025), pemulihan di Sumatra Utara telah mencapai 97,8 persen. Dari total 4.368 menara BTS yang sempat terganggu, sebanyak 4.273 unit kini telah beroperasi kembali. Capaian ini menjadikan Sumatra Utara sebagai salah satu wilayah dengan progres pemulihan tercepat di antara provinsi-provinsi terdampak.

“Pemulihan pada tingkat ini memungkinkan masyarakat setempat untuk kembali mengakses informasi esensial, termasuk update situasi bencana, lokasi bantuan, serta komunikasi dengan sanak saudara yang mungkin terpisah akibat evakuasi,” ungkap Meutya. Ia menekankan bahwa konektivitas yang stabil tidak hanya mendukung aspek psikososial korban, tetapi juga mempercepat proses rekonstruksi sosial-ekonomi di daerah pedesaan dan perkotaan yang terisolasi sementara.
Proses pemulihan ini melibatkan koordinasi intensif antara pemerintah pusat, operator telekomunikasi, dan mitra teknis lainnya. Fokus utama ditempatkan pada perbaikan fisik menara BTS yang rusak akibat longsor atau banjir, serta pemastian pasokan energi pendukung. Meskipun demikian, Meutya menegaskan bahwa pengawasan akan terus dilakukan hingga seluruh infrastruktur mencapai stabilitas penuh, mengingat potensi cuaca ekstrem lanjutan yang masih mengancam wilayah Sumatra bagian utara.
Di tengah duka yang menyelimuti ribuan korban bencana ini, Meutya juga menyampaikan pesan solidaritas: “Dalam setiap cobaan, selalu ada jalan kemudahan. Kita perlu saling mendukung dan mendoakan satu sama lain untuk melewati masa sulit ini.” Pernyataan tersebut mencerminkan pendekatan holistik pemerintah dalam penanganan bencana, yang tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga pada dukungan moral dan komunitas.
Pemulihan konektivitas digital di Sumatra Utara ini diharapkan menjadi model bagi wilayah lain yang masih menghadapi tantangan serupa, sekaligus menggarisbawahi pentingnya resiliensi infrastruktur komunikasi dalam menghadapi ancaman perubahan iklim yang semakin intens.
Pewarta : Adi Tanjoeng

