
RI News Portal. Semarang, 1 Oktober 2025 – Di tengah gencarnya Pemerintah Kabupaten Semarang mengkampanyekan pembangunan infrastruktur, sebuah ironi mencolok tersaji di wilayah Jampelan hingga Patemon, Kecamatan Getasan. Jalan yang membentang di depan SMPN 1 Getasan, jalur vital yang setiap hari dilalui ratusan pelajar dan warga, justru berada dalam kondisi rusak parah. Lubang-lubang menganga di sepanjang jalan ini tak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga mengancam keselamatan pengguna jalan, terutama anak-anak sekolah.
Kerusakan jalan ini menjadi sorotan utama warga setempat yang merasa pemerintah daerah lamban bertindak. “Setiap hari anak-anak berjalan kaki atau naik sepeda motor melewati jalan ini. Lubangnya dalam, kalau hujan tergenang air, sangat rawan kecelakaan,” keluh Sutarno (42), warga Desa Patemon, kepada tim kami, Rabu (1/10). Ia menambahkan bahwa kondisi ini sudah berlangsung berbulan-bulan tanpa tanda-tanda perbaikan.
Yang membuat warga semakin geram adalah fakta bahwa jalan ini sering dilalui oleh pejabat daerah, termasuk Bupati Semarang. “Ironis sekali. Pejabat lewat sini, tapi jalan tetap rusak. Apa pemerintah tidak lihat kondisinya?” ujar Rina Wulandari (38), ibu dari salah satu siswa SMPN 1 Getasan. Nada kecewa terdengar jelas dari suaranya, mencerminkan keresahan warga yang merasa diabaikan.

Jalan Jampelan-Patemon merupakan akses utama menuju SMPN 1 Getasan, sebuah sekolah menengah yang menjadi tumpuan pendidikan bagi ratusan pelajar di wilayah tersebut. Setiap pagi dan sore, jalan ini ramai oleh aktivitas pelajar yang berjalan kaki, bersepeda, atau diantar menggunakan sepeda motor. Kondisi jalan yang penuh lubang dan bergelombang membuat perjalanan mereka penuh risiko. “Anak saya pernah hampir jatuh dari sepeda karena menghindari lubang. Ini bukan cuma soal kenyamanan, tapi keselamatan,” ungkap Rina.
Warga juga mengkhawatirkan potensi kecelakaan yang lebih serius, terutama saat musim hujan tiba. Genangan air di lubang-lubang jalan sering kali menyamarkan kedalaman kerusakan, meningkatkan risiko bagi pengendara. “Kalau ada kecelakaan, siapa yang mau tanggung jawab? Pemerintah harusnya lebih peka, apalagi ini di depan sekolah,” tegas Sutarno.
Pemerintah Kabupaten Semarang sendiri kerap menggaungkan program perbaikan infrastruktur sebagai salah satu prioritas pembangunan. Namun, realitas di lapangan justru berbanding terbalik dengan janji-janji tersebut. Warga mengaku sudah berulang kali menyampaikan keluhan melalui saluran resmi, seperti musyawarah desa dan pengaduan langsung ke dinas terkait, namun belum ada respons nyata. “Kami sudah lapor berkali-kali, tapi cuma dijanjikan. Sampai sekarang tidak ada tindakan,” kata Agus (45), tokoh masyarakat setempat.
Baca juga : Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2025 di Slogohimo: Refleksi Nilai Pancasila untuk Indonesia Tangguh
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang komitmen pemerintah daerah dalam memprioritaskan fasilitas publik, terutama yang berkaitan langsung dengan keselamatan masyarakat. Jalan di depan SMPN 1 Getasan bukan sekadar infrastruktur, tetapi juga simbol harapan warga akan pemerintahan yang peduli terhadap kebutuhan dasar rakyat, terutama generasi muda.
Warga Getasan mendesak Pemerintah Kabupaten Semarang untuk segera mengambil langkah konkret dalam memperbaiki jalan Jampelan-Patemon. Mereka berharap perbaikan tidak hanya dilakukan secara temporer, seperti penambalan, tetapi juga rekonstruksi menyeluruh untuk memastikan ketahanan jalan dalam jangka panjang. “Kami tidak minta macam-macam, cukup jalan yang layak dan aman untuk anak-anak kami,” ujar Agus.
Selain itu, warga juga meminta transparansi dari pemerintah terkait alokasi anggaran untuk perbaikan infrastruktur. “Kalau anggaran sudah ada, kenapa jalan ini dibiarkan? Kalau belum ada, kami ingin tahu kapan akan diperbaiki,” tambah Rina.
Ironi pembangunan di Kabupaten Semarang ini menjadi pengingat bahwa pembangunan infrastruktur tidak hanya soal proyek megah atau janji politik, tetapi juga tentang memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi. Jalan rusak di depan SMPN 1 Getasan bukan sekadar lubang di aspal, melainkan lubang dalam kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Tanpa tindakan cepat dan nyata, ironi ini hanya akan terus memperdalam kekecewaan warga.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah Kabupaten Semarang terkait rencana perbaikan jalan tersebut. Tim kami akan terus memantau perkembangan situasi ini dan menyampaikan informasi terbaru kepada pembaca.
Pewarta : Miftahkul Ma’na
