RI News Portal. Bandung, 25 Oktober 2025 – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menjadi pusat perhatian setelah video kunjungannya ke lokasi pengolahan air mineral AQUA viral di media sosial. Dalam kunjungan tersebut, Dedi mempertanyakan asal-usul sumber air yang digunakan oleh perusahaan air minum kemasan ternama tersebut, menyuarakan keresahan publik terkait kesenjangan antara citra iklan dan realitas di lapangan.
Dalam video yang diunggah pada Jumat (24/10/2025) melalui kanal YouTube resminya, Dedi menyampaikan bahwa banyak masyarakat, termasuk dirinya, memiliki persepsi bahwa air AQUA diambil langsung dari aliran air terjun di pegunungan, sebagaimana yang kerap digambarkan dalam iklan. “Publik jadi ramai di media sosial. Saya tidak ada niat menjatuhkan AQUA, saya sendiri pelanggan. Tapi, pemahaman masyarakat, termasuk saya, mengira airnya langsung dari air terjun di gunung,” ungkapnya. Ia menyoroti bahwa proses pengeboran air yang dilakukan perusahaan memicu pertanyaan tentang keaslian sumber air yang selama ini diyakini berasal dari mata air alami.
Pernyataan Dedi mencerminkan keresahan yang lebih luas di kalangan masyarakat tentang transparansi industri air minum kemasan. Ia menekankan bahwa perbedaan antara narasi iklan dan praktik pengambilan air di lapangan dapat memunculkan miskonsepsi di tengah publik. Meski tidak menyebut adanya pelanggaran, Dedi mendorong perlunya komunikasi yang lebih jelas kepada konsumen untuk menghindari salah paham.

Menanggapi hal ini, Wakil Presiden Bidang Kualitas dan Keamanan Pangan AQUA, Enang Noerman Fachjar, memberikan klarifikasi melalui video resmi yang diunggah di akun Instagram @sehataqua pada Jumat (25/10/2025). Ia menjelaskan bahwa sumber air AQUA berasal dari lapisan akuifer yang dilindungi secara alami oleh batuan kedap air, sehingga bebas dari kontaminasi. “Kami bekerja sama dengan ahli hidrologi dari Universitas Padjadjaran dan Universitas Gadjah Mada untuk memastikan kualitas sumber air. Pengambilan air dilakukan sesuai izin resmi dan diawasi rutin oleh pemerintah,” tegas Enang.
Enang juga menegaskan bahwa AQUA menerapkan standar ketat dengan lebih dari 400 parameter pengujian kualitas sebelum air dikemas dan didistribusikan. Selain itu, perusahaan berkomitmen pada program konservasi lingkungan, termasuk pelestarian kawasan resapan air di sekitar lokasi pengolahan. Upaya ini, menurutnya, merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air.
Diskusi mengenai sumber air AQUA ini mencerminkan tantangan yang dihadapi industri air minum kemasan dalam menjaga kepercayaan publik. Di satu sisi, citra merek yang dibangun melalui iklan menciptakan ekspektasi tinggi di kalangan konsumen. Di sisi lain, kompleksitas proses pengolahan air sering kali sulit dipahami oleh masyarakat awam, sehingga memicu persepsi yang keliru. Kunjungan Dedi Mulyadi dan respons dari AQUA menjadi momentum untuk membuka dialog yang lebih transparan antara pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat.
Baca juga : Pemerintah Batalkan Proyek PSEL di Tangerang dan Tangsel, Fokuskan Pengelolaan Sampah di TPA Jatiwaringin
Isu ini juga mengundang perhatian akademisi dan pegiat lingkungan. Dr. Irwan Setiawan, pakar hidrologi dari Universitas Padjadjaran, yang turut terlibat dalam penelitian sumber air AQUA, menyatakan bahwa penting bagi perusahaan untuk mengedukasi publik tentang proses pengambilan air secara ilmiah. “Masyarakat perlu memahami bahwa air dari akuifer dalam tanah juga merupakan sumber yang alami, asalkan dikelola dengan baik dan tidak merusak lingkungan,” ujarnya dalam wawancara terpisah.
Kontroversi ini menunjukkan perlunya pendekatan komunikasi yang lebih inklusif dalam industri air minum kemasan. Sementara AQUA berupaya menjaga kepercayaan konsumen dengan menjelaskan proses pengolahan dan komitmen lingkungannya, peran tokoh publik seperti Dedi Mulyadi dapat menjadi katalis untuk mendorong transparansi yang lebih besar. Ke depan, dialog antara berbagai pemangku kepentingan diharapkan dapat memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap produk yang mereka konsumsi sehari-hari.
Pewarta : Vie

