
RI News Portal. Jakarta, 30 September 2025 — Dalam suasana penuh keakraban politik, pernyataan blak-blakan dan penuh rekonsiliasi dari Presiden Prabowo Subianto di acara Musyawarah Nasional (Munas) VI PKS di Jakarta mendapat pujian dari Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera. Berbicara kepada wartawan pada hari Selasa, Mardani memuji sikap terbuka dan pemaaf Prabowo, yang disebutnya memiliki gaya “kebarat-baratan” yang tidak menyimpan dendam.
“Bagus. Pak Prabowo orangnya terbuka, bergaya Barat, tidak gampang ngambek atau menyimpan dendam. Kita butuh pemimpin seperti ini,” ujar Mardani, merujuk pada pidato Prabowo yang disampaikan pada Senin, 29 September, di Hotel Sultan, Jakarta Pusat.
Dalam pidatonya di acara PKS tersebut, Prabowo merefleksikan perjalanan politiknya, termasuk kekalahan di pemilihan presiden sebelumnya. Dengan nada bercanda, ia menyinggung dukungan PKS yang berpindah ke Anies Baswedan, rivalnya di Pilpres 2024. Meski begitu, Prabowo menegaskan pentingnya persatuan dan menyatakan tidak menyimpan dendam, bahkan mengenang candaan Anies yang memberinya nilai 11 dari 100 saat debat calon presiden.

“Kita ingin menang, tapi harus siap kalah. Kalau mau belajar kalah, belajar dari Prabowo Subianto. Lima kali pemilihan, empat kali kalah. PKS juga ikut-ikutan,” kata Prabowo sambil mengundang tawa hadirin. Ia melanjutkan, “Dua kali kalian dukung saya, dua kali kalah. Pas saya menang, kalian malah nggak dukung—ha ha ha! Tapi sudahlah, itu sudah lewat. Sekarang kita bersatu untuk bangsa.”
Nada ringan Prabowo membawa pesan mendalam tentang rekonsiliasi. Menyinggung rivalitasnya dengan Anies, ia berkata, “Politik itu begitu, harus ramai, nggak masalah. Jujur saja, saya nggak dendam sama Anies. Saat dia kasih nilai 11, saya nggak marah. Malah, dia membantu saya menang—para emak-emak kasihan sama saya, bukan?” Ucapannya disambut tawa, menunjukkan kemampuannya meredakan ketegangan dengan humor.
Baca juga : Akuntabilitas Hukum Internasional: Indonesia Tekankan Prioritas Perdamaian Palestina di Forum Global
Pujian Mardani terhadap gaya kepemimpinan Prabowo menyoroti seruan untuk persatuan di tengah iklim politik Indonesia yang sering terpolarisasi. Sikap Prabowo yang mau melupakan rivalitas pemilu menunjukkan pendekatan pragmatis dalam memimpin, dengan tujuan menjembatani perbedaan untuk kemajuan nasional.
Saat Indonesia memasuki fase pasca-pemilu, pernyataan Prabowo dan respons positif PKS menunjukkan potensi kerja sama lintas partai. Momen di Munas VI ini menggarisbawahi komitmen bersama untuk mengutamakan kepentingan nasional di atas perbedaan masa lalu, menciptakan harapan untuk masa depan pemerintahan.
Pewarta : Albertus Parikesit
