
RI News Portal. Jakarta, Perang dagang antara China dan Amerika Serikat eskalasi. Ketika negara lain masih ingin berunding, China mengambil langkah revitalisasi keras untuk membalas kenaikan tarif impor yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump. Dunia terdampak, ada negara yang beruntung dan ada pula yang buntung.
China mengenakan tarif resiprokal sebesar 34 persen kepada semua produk impor AS, Jumat (4/3/2025). Tarif ini akan berlaku pada 10 April 2025.
Di tengah perang dagang AS-China, negara-negara Amerika Latin bisa menjadi produsen alternatif untuk memenuhi kebutuhan impor produk pertanian China.

”Praktik AS ini tidak sejalan dengan aturan perdagangan internasional, sangat merugikan hak dan kepentingan sah China, dan merupakan praktik intimidasi unilateral yang khas,” bunyi pernyataan Komisi Tarif Dewan Negara China, dilansir dari CNN.
Langkah Beijing merupakan pembalasan lanjutan terhadap serangkaian kenaikan tarif impor dari Washington. Pada 2 April 2025, produk-produk China lagi-lagi terkena tarif 34 persen setelah Trump mengenakan dua putaran tarif sebesar 10 persen kepada China, pada Februari dan Maret lalu.
Presiden China Xi Jinping memberi sambutan saat menghadiri pertemuan kepala negara yang diperluas di KTT BRICS di Kazan.
Tanggapan China kali ini jauh lebih tegas dibandingkan beberapa bulan lalu. Pada Februari 2025, China menanggapi tarif AS dengan pengenaan tarif 15 persen atas impor batubara dan gas alam cair dan tarif 10 persen atas minyak mentah, mesin pertanian, dan mobil mesin besar dari AS. Sebulan kemudian, China balas menaikkan tarif tambahan 15 persen atas impor pertanian AS.
Selain kenaikan tarif impor 34 persen, China juga menerapkan kontrol ketat terkait ekspor logam tanah jarang (LTJ), elemen penting teknologi canggih. Beijing melanjutkan aksinya dengan mengajukan komplain kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
China juga menangguhkan impor sorgum, unggas, dan tepung tulang dari enam perusahaan AS dan memasukkan 27 perusahaan ke dalam daftar perusahaan dengan pembatasan perdagangan. Beijing meluncurkan penyelidikan antimonopoli terhadap DuPont China Group Co, anak perusahaan kimia DuPont de Nemours, Inc yang berbasis di AS.
Lewat media sosial Truth Social, Trump menanggapi langkah China. ”China bermain salah, mereka panik satu hal yang tidak dapat mereka lakukan,” tulisnya.
Baca juga : Jurnalis Juwita Dibunuh Diatas Mobil, Oknum Anggota TNI AL Peragakan 33 Adegan Tempat Kejadian Perkara
Peluang negosiasi
Gabriel Wildau, Direktur Pelaksana konsultan Teneo, mengatakan, tanggapan keras Beijing mencerminkan berkurangnya harapan pemimpin China untuk mencapai mufakat soal perdagangan dengan AS. Setidaknya untuk jangka pendek.
”Tanggapan keras Beijing dapat memicu eskalasi lebih lanjut, tanpa ada tanda-tanda bahwa Presiden China Xi Jinping dan Trump akan segera bertemu atau berbicara di telepon untuk meredakan ketegangan,” kata Wildau.
Seorang trader bekerja di lantai Bursa Efek New York, Amerika Serikat, Jumat (4/4/2025). Saham-saham Wall Street kembali mengalami aksi jual yang parah pada 4 April 2025 karena indeks-indeks utama merosot lebih dari 5 persen menyusul kebijakan tarif agresif Presiden AS Donald Trump.
Pasar saham pun diliputi kekhawatiran melihat respons China. Tiga indeks utama bursa saham di New York yang sudah anjlok semakin terpuruk, Jumat lalu. Saat ditutup, Dow mencatat penurunan 5,5 persen, S&P 500 turun 6 persen, dan Nasdaq Composite turun 5,8 persen. Bursa-bursa di AS ini mencatat kinerja terburuk dalam waktu lima tahun terakhir, sejak pandemi Covid-19.
Craig Singleton, peneliti senior China di Foundation for Defense of Democracies di Washington, menambahkan, jika tanggapan sebelumnya adalah pisau bedah, kali ini China menghunus pedang. Menurut dia, tarif baru China tak sampai memicu perang dagang besar-besaran, tetapi menandai eskalasi yang jelas bahwa Presiden China Xi Jinping ogah diam di bawah tekanan.
Sama seperti Wildau, Singleton memperingatkan, eskalasi itu menekan ruang untuk diplomasi. ”Semakin lama ini berlarut-larut, semakin sulit bagi kedua belah pihak untuk meredakan eskalasi tanpa kehilangan muka,” ujarnya.
”Sentimen sangat rapuh saat ini. Investor benar-benar berada dalam fase ’berikan saya uang kas sekarang’, karena khawatir negara lain akan mengikuti jejak China, dan Presiden AS akan merespons tarif China dengan biaya yang lebih tinggi,” kata Chris Beauchamp, Kepala Analis Pasar di IG Group.
Beauchamp melanjutkan, perang dagang saat ini belum pernah terjadi selama bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun.
Celah keuntungan
Jack Scoville, Wakil Presiden Price Futures Group yang berpusat di Chicago, mengatakan, banyak bisnis ekspor AS akan merugi. ”Kami membuat semua orang kesal. Itulah masalahnya. Ke mana kami akan berpaling jika kami telah menampar semua orang dengan tarif?” tutur Scoville.
China tetap menjadi pasar terbesar untuk produk pertanian AS. Akan tetapi, impor produk pertanian AS turun belakangan, yakni menjadi 29,25 miliar dollar AS pada 2024 dari 42,8 miliar dollar AS pada 2022.
Pembalasan China akan mempercepat upayanya mencari pemasok alternatif untuk produk pertanian, seperti kedelai. Di samping China, Uni Eropa kemungkinan akan balas mengenakan tarif impor pada kedelai AS.
Harga kedelai dalam bursa berjangka Chicago Board of Trade (CBOT) ditutup turun 3,4 persen menjadi 9,77 dollar AS per gantang pada Jumat. Ini merupakan level terendah sejak akhir Desember 2024.
”Ini seperti menutup semua impor pertanian AS. Kami tidak yakin apakah impor apa pun akan layak dengan bea masuk 34 persen,” ucap seorang trader di perusahaan perdagangan internasional yang menjual biji-bijian dan minyak sayur ke China, di Singapura.
Seorang perempuan pekerja tengah mengawasi produk minyak kedelai di sebuah pabrik di Sanhe, China, Rabu (18/7/2018). Akibat penerapan tarif impor oleh Pemerintah AS, produsen minyak kedelai di China ada yang mengalihkan asal pasokan kedelai dari AS, salah satunya dari Brasil.
Brasil akan menjadi salah satu pihak yang dapat mengeruk keuntungan dari situasi perang dagang antara dua negara ekonomi terbesar di dunia. China sudah mulai mengalihkan permintaan kedelai dari AS ke Brasil.
”Brasil akan menjadi penerima manfaat utama, pemasok terbesar yang dapat menggantikan kedelai AS ke China. Namun, negara lain juga dapat memperoleh manfaat, termasuk Argentina dan Paraguay. Untuk gandum, Australia dan Argentina akan memperoleh manfaat,” kata Carlos Mera, Kepala Riset Pasar Pertanian di Rabobank.
Sol Arcidiacono, kepala penjualan biji-bijian Amerika Latin di HedgePoint Global Markets, mengatakan, harga kedelai lokal di Amerika Selatan akan menguat sepanjang tahun. Kondisi ini terjadi berkat perang dagang yang meningkat.
Pewarta : Yudha Purnama

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal
Rengki hadir
Rengki hadir