RI News Portal. Pandora, 9 Desember 2025 – James Cameron kembali memperluas alam semesta Avatar dengan cara yang jauh lebih kelam dan kompleks. Setelah The Way of Water (2022) membawa penonton ke lautan luas Metkayina, Avatar: Fire and Ash — yang akan dirilis di Indonesia pada 17 Desember 2025 — mengajak kita menyelami sisi Pandora yang selama ini hanya tersinggung sekilas: wilayah vulkanik yang membara dan sebuah klan Na’vi yang telah kehilangan segalanya, termasuk iman mereka kepada Eywa.
Inti dari film ketiga ini adalah kemunculan Mangkwan, atau yang lebih dikenal sebagai Ash People — suku abu. Berbeda dari Omatikaya yang hidup harmonis di hutan atau Metkayina yang selaras dengan samudra, Ash People tinggal di lanskap neraka berapi yang terus-menerus dilanda letusan dan aliran lahar. Lingkungan ekstrem ini bukan sekadar latar; ia menjadi penjelasan atas karakter kolektif suku tersebut: keras, pragmatis, dan penuh dendam.
Di pusat narasi berdiri Varang, pemimpin sekaligus figur spiritual Ash People, yang diperankan Oona Chaplin (Game of Thrones, The Longest Ride). Dengan hiasan kepala berwarna merah darah dan wajah berlumur abu vulkanik, Varang bukan sekadar “penjahat” konvensional. Ia adalah produk dari tragedi: bencana alam berskala dahsyat yang menghancurkan tanah leluhur sukunya dan — yang lebih fatal — memutus ikatan mereka dengan Eywa, entitas yang selama ini menjadi pusat kosmologi Na’vi.

“Kehilangan kepercayaan kepada Eywa adalah luka yang paling dalam bagi seorang Na’vi,” kata Cameron dalam wawancara eksklusif beberapa waktu lalu. “Varang bukanlah jahat karena ingin jahat. Ia jahat karena menurutnya itu satu-satunya cara agar sukunya bertahan hidup.”
Trailer resmi yang dirilis pekan lalu memperlihatkan Varang memimpin serangan dengan taktik yang asing bagi budaya Na’vi tradisional: panah berlambung api, penggunaan senjata berbasis teknologi manusia yang direbut, serta strategi perang yang lebih mirip militer darat daripada perang gerilya ala hutan. Adegan-adegan itu menegaskan bahwa Ash People telah meninggalkan banyak prinsip yang selama ini dipegang teguh klan lain — termasuk pantangan menggunakan kekerasan berlebih dan senjata “langit” (sky people).
Oona Chaplin, yang menjalani latihan fisik dan bahasa Na’vi selama lebih dari setahun, menggambarkan proses pendalaman karakternya sebagai “perjalanan ke dalam kegelapan yang masih menyisakan cahaya”. “Varang membuat keputusan yang mengerikan, tapi Anda bisa memahami mengapa ia melakukannya,” ujarnya. “Ia bukan monster; ia adalah ibu, pemimpin, dan penyintas yang terluka.”
Dengan durasi yang diproyeksikan mencapai 3 jam 17 menit — lebih panjang 8 menit dari The Way of Water — Avatar: Fire and Ash diprediksi akan menjadi instalmen paling kelam dan paling banyak mempertanyakan moral dalam waralaba ini. Konflik tidak lagi hanya manusia versus Na’vi, melainkan Na’vi versus Na’vi, di mana garis antara “benar” dan “salah” menjadi kabur di bawah langit yang membara.
James Cameron sendiri menyebut Varang sebagai “cermin gelap dari apa yang bisa terjadi pada siapa saja — termasuk Jake Sully — jika mereka kehilangan segalanya dan tidak lagi memiliki apa pun untuk dipertahankan selain nyawa anak-anak mereka.”
Avatar: Fire and Ash dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 17 Desember 2025. Tiket presale diperkirakan akan dibuka akhir pekan ini.
Pewarta : Vie

