
RI News Portal. Jakarta, Pesawat nirawak (drone) militer Korea Selatan bertabrakan dengan helikopter yang sedang berhenti di lapangan terbang. Insiden ini menyebabkan kebakaran yang kemudian dipadamkan dalam waktu sekitar 20 menit tanpa menimbulkan korban.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan menerangkan drone itu adalah Heron buatan Israel, kendaraan udara nirawak pengintai yang besar.
Korsel menuding ada upaya dari Korea Utara untuk mengacaukan sinyal GPS pada saat kecelakaan di Yangju, sebelah utara Seoul, kata laporan itu dilansir Reuters dari Yonhap, Senin, 17 Maret.
Gangguan GPS Korea Utara menjadi penyebab jatuhnya pesawat nirawak pengintai militer Korea Selatan pada November tahun lalu, menurut laporan media lokal pada hari Jumat, sebuah insiden yang menurut seorang pakar kepada NK News mengisyaratkan Pyongyang telah membuat langkah signifikan dalam teknologi peperangan elektroniknya.

Namun, Kementerian Pertahanan Seoul bersikeras bahwa pesawat nirawak tersebut beroperasi secara normal dan kemampuan pengintaian tetap “tidak terpengaruh.”
Kendaraan udara nirawak (UAV) Heron milik militer jatuh di Yangju, sebelah utara Seoul, pada tanggal 2 November 2024, media Korea Selatan melaporkan pada hari Jumat, mengutip sumber militer, beberapa hari setelah Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik antarbenua menjelang pemilihan presiden AS.
Pesawat nirawak tersebut juga terbang pada ketinggian 600 meter ketika mengalami gangguan GPS yang berasal dari Kaepung di Provinsi Hwanghae Korea Utara, menurut laporan media lokal, sekitar 35 mil (56 kilometer) dari lokasi jatuhnya pesawat. Gangguan tersebut dilaporkan menyebabkan sistem pesawat nirawak salah mengartikan ketinggiannya menjadi kurang dari 2 mil (3 kilometer), sehingga menyebabkan tabrakan dengan tanah saat mendarat.
Baca juga : Kapolres Lampung Barat Berikan Penghargaan Kepada Personil yang Berprestasi
Kementerian Pertahanan Seoul menolak mengonfirmasi rincian insiden tersebut kepada NK News, dengan menyatakan bahwa “militer mengoperasikan aset terkait seperti biasa untuk pengawasan Korea Utara,” dan bahwa “tidak ada kelainan” dalam operasi keamanan Seoul saat ini.
“Kami mohon pengertian Anda bahwa status operasional terperinci terkait aset intelijen tidak dapat diungkapkan karena masalah keamanan operasional,” kata kementerian pertahanan
Shin Seung-ki, seorang peneliti di Institut Analisis Pertahanan Korea (KIDA), menjelaskan bahwa Heron, pesawat nirawak pengintai buatan Israel yang diperoleh oleh militer ROK, biasanya diharapkan untuk melakukan operasi pengawasan dan pengintaian saat terbang pada ketinggian kurang dari sekitar 6 mil (10 kilometer) dan memantau area yang membentang beberapa puluh kilometer di sepanjang perbatasan antar-Korea.
Namun, ia memperingatkan bahwa jika kecelakaan baru-baru ini disebabkan oleh serangan pengacauan Korea Utara, itu akan menandakan bahwa Pyongyang telah membuat langkah signifikan dalam teknologi peperangan elektroniknya.
“Korea Utara telah lama mengakui keefektifan peperangan elektronik dan terus mengembangkan kemampuannya di bidang ini. Ini bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan,” kata Shin.
Pada November tahun lalu, jenis kendaraan udara tak berawak yang sama jatuh di sekitar wilayah yang sama.
Pewarta : Setiawan

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal