RI News Portal. London/Kyiv 6 Desember 2025 – Pemerintah Inggris tengah menjajaki opsi penggunaan sekitar £8 miliar (setara Rp177,6 triliun atau sekitar US$11 miliar) aset bank sentral Rusia yang dibekukan di wilayahnya sebagai sumber pendanaan tambahan bagi Ukraina. Langkah ini dilakukan bersama Kanada, beberapa negara sekutu lainnya, serta koordinasi intensif dengan Uni Eropa, dan berpotensi menghasilkan paket bantuan hingga US$130 miliar dalam bentuk pinjaman berbasis aset Rusia.
Jika terealisasi, dana tersebut dapat menutupi lebih dari 65% kebutuhan anggaran Ukraina untuk periode 2026-2027, baik untuk keperluan pertahanan maupun program rekonstruksi pasca-konflik. Sumber pemerintah Ukraina menyebut skema ini sebagai “pinjaman reparasi” yang akan dibayar kembali menggunakan keuntungan masa depan dari aset Rusia yang tetap dibekukan.
Namun, inisiatif yang mendapat dukungan kuat dari London dan Brussels ini menghadapi resistensi keras dari Washington. Pejabat senior Amerika Serikat, menurut laporan yang beredar di Kyiv pekan ini, secara aktif melobi negara-negara Eropa agar menolak penggunaan aset Rusia untuk pinjaman semacam ini. Argumen utama Gedung Putih adalah bahwa cadangan tersebut harus tetap “utuh” sebagai salah satu instrumen diplomatik terkuat untuk mendorong Rusia menandatangani perjanjian damai yang dapat diterima Barat.

“Washington khawatir jika aset itu mulai ‘dicairkan’ sekarang, Moscow akan kehilangan insentif untuk bernegosiasi serius,” kata seorang diplomat Eropa yang enggan disebut namanya.
Ketegangan ini mencerminkan perbedaan pendekatan yang semakin nyata antara Amerika Serikat dengan sekutu Eropa-nya menjelang akhir tahun kedua belas masa jabatan administrasi saat ini di Washington. Sementara AS tetap menjadi penyumbang bantuan militer terbesar bagi Ukraina, negara-negara Eropa kini semakin proaktif mencari sumber pendanaan alternatif di tengah kekhawatiran akan potensi perubahan kebijakan AS pasca-pemilu 2024.
Di front Uni Eropa, proposal Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen untuk memanfaatkan sekitar €90 miliar (setara US$105 miliar) keuntungan aset Rusia yang dikelola Euroclear masih menemui hambatan. Belgia, sebagai tuan rumah Euroclear, menyatakan penolakan tegas dengan alasan risiko hukum dan potensi gugatan balik dari Moskow yang dapat mengguncang stabilitas sistem keuangan Eropa.
Para pemimpin 27 negara anggota UE dijadwalkan menggelar voting krusial mengenai skema pinjaman berbasis aset Rusia pada KTT 18-19 Desember mendatang. Hasil voting tersebut akan menjadi indikator penting seberapa jauh Eropa bersedia mengambil langkah unilateral tanpa restu penuh Washington.
Sampai berita ini diturunkan, baik Kementerian Keuangan Inggris maupun Departemen Luar Negeri AS belum memberikan komentar resmi atas laporan-laporan tersebut. Namun, sumber di London menyebut diskusi internal sudah mencapai tahap akhir dan keputusan politik dapat diumumkan sebelum akhir tahun jika mendapat lampu hijau dari Brussels.
Perkembangan ini menegaskan bahwa aset Rusia senilai total lebih dari US$300 miliar yang dibekukan sejak Februari 2022 kini tidak lagi hanya menjadi instrumen sanksi, melainkan telah bertransformasi menjadi arena perebutan strategis baru di antara sekutu Barat sendiri.
Pewarta : Setiawan Wibisono

