RI News Portal. Jakarta, 6 Desember 2025 – Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa penguatan alat utama sistem senjata (alutsista) yang dilakukan pemerintah saat ini memiliki dimensi kemanusiaan yang jauh lebih luas daripada sekadar kebutuhan pertahanan militer. Dalam pidato politiknya pada peringatan HUT ke-61 Partai Golkar, Jumat malam, Prabowo menyebut pengadaan ratusan helikopter dan pesawat angkut berat sebagai antisipasi nyata terhadap kerentanan geografis Indonesia sebagai negara yang berada di jalur Cincin Api Pasifik (Ring of Fire).
“Beberapa tahun lalu mungkin tak ada yang membayangkan negara ini mampu mengerahkan 50 helikopter sekaligus dalam satu operasi kemanusiaan. Hari ini, 50 helikopter sedang bergerak di wilayah bencana,” ujar Prabowo di hadapan ribuan kader partai.
Pernyataan itu merujuk pada respons cepat pemerintah terhadap rangkaian bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat dalam beberapa pekan terakhir. Putusnya akses jalur darat di ketiga provinsi tersebut membuat transportasi udara menjadi satu-satunya opsi efektif untuk menyalurkan logistik, evakuasi medis, dan bantuan darurat.

Presiden mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat akan terjadi lonjakan signifikan jumlah helikopter operasional di Indonesia. “Minggu ini saja lima unit helikopter baru tiba, dan terus berdatangan. Mulai Januari 2026, saya sudah perintahkan agar 200 helikopter tambahan didatangkan ke Tanah Air,” katanya. Ia juga menyebut kedatangan lima unit C-130J Super Hercules beberapa bulan lalu serta satu unit Airbus A400M Atlas beberapa minggu sebelumnya sebagai bagian dari strategi percepatan modernisasi angkutan udara strategis.
Menurut Prabowo, keberadaan armada baru tersebut langsung terbukti vital ketika bencana terjadi. “Rakyat sudah merasakan. Begitu ada musibah, alat negara langsung hadir. Reaksi cepat, bukan sekadar janji,” tegasnya.
Pernyataan senada disampaikan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Maruli Simanjuntak usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan. Lebih dari 26.000 prajurit TNI AD dikerahkan penuh ke wilayah terdampak di Pulau Sumatra. Selain evakuasi dan distribusi bantuan, pasukan gabungan tersebut juga memperbaiki infrastruktur kritis, termasuk membangun jembatan darurat dan membersihkan material longsor.
“Kami kerahkan segala yang bisa dikerahkan: lima helikopter, pesawat CASA, dua kapal angkut logistik, serta puluhan alat berat. Prioritas utama adalah menyelamatkan nyawa dan memastikan logistik sampai ke kamp-kamp pengungsian,” ujar Maruli.
Baca juga : Duta Besar UAE Tekankan Penolakan terhadap Peran Militer dalam Transisi Sipil Sudan
Di balik keberhasilan operasi tersebut, Prabowo tak lupa menyentil kritik keras yang kerap dilontarkan kalangan tertentu setiap kali pemerintah mengumumkan pengadaan alutsista bernilai besar. “Ada elite yang merasa paling pintar, selalu nyinyir, selalu mengejek: ‘Untuk apa Prabowo beli pesawat dan helikopter banyak-banyak?’ Padahal pemimpin itu tugasnya berpikir jauh ke depan, bukan sekadar ikut-ikutan opini sesaat,” sindirnya, disambut tepuk tangan riuh.
Ia menegaskan bahwa negara yang berada di zona rawan bencana tertinggi di dunia tidak boleh lagi mengandalkan improvisasi ketika bencana datang. “Kita tidak bisa menunggu gempa, tsunami, atau erupsi baru kemudian buru-buru mencari helikopter sewaan dari negara tetangga. Kesiapan adalah bentuk tanggung jawab negara kepada rakyatnya,” tutup Prabowo.
Pengamat kebijakan pertahanan dan manajemen bencana menilai pernyataan Presiden tersebut mencerminkan pergeseran doktrin penggunaan kekuatan militer di Indonesia: dari postur pertahanan semata menuju konsep “dual-purpose defence assets” yang mengintegrasikan fungsi militer dengan operasi pencarian dan pertolongan serta respons bencana berskala besar. Langkah ini sejalan dengan praktik yang sudah lama diterapkan negara-negara rawan bencana lain seperti Jepang, Chili, dan Selandia Baru.
Pewarta : Albertus Parikesit

