RI News Portal. Jakarta, 14 November 2025 – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menerima kunjungan resmi Raja Abdullah II ibn Al Hussein dari Kerajaan Hasyimiah Yordania di Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat sore. Pertemuan bilateral ini menjadi tonggak penting dalam memperdalam hubungan kedua negara, yang telah berlangsung selama tujuh dekade, di saat ketegangan geopolitik di Timur Tengah semakin memuncak dan memengaruhi stabilitas global.
Dalam pidato pembukaannya, Prabowo menyoroti fondasi kokoh hubungan Indonesia-Yordania yang dimulai sejak penandatanganan hubungan diplomatik pada Oktober 1951. “Kedua negara kita telah menikmati hubungan yang erat sejak terjalinnya hubungan diplomatik 74 tahun lalu pada Oktober 1951. Di sisi lain, seperti Anda ketahui, saya memiliki ikatan emosional dengan Yordania,” ungkap Prabowo, mengacu pada pengalaman pribadinya lebih dari dua dekade silam ketika diterima secara hangat oleh mendiang Raja Hussein bin Talal, ayahanda Raja Abdullah II.
Presiden Indonesia menekankan bahwa kedekatan ini tidak hanya bersifat formal, melainkan juga historis dan emosional, yang menjadi modal utama untuk menghadapi dinamika dunia saat ini. Pemerintah Indonesia, lanjut Prabowo, berupaya mengeksplorasi peluang kerja sama baru guna memperkuat kemitraan bilateral. “Kami ingin bekerja sama lebih dekat dengan Anda, dan kami juga ingin mengucapkan terima kasih karena telah menerima banyak anak muda kami yang sedang dilatih di Yordania hingga saat ini. Terima kasih banyak,” katanya, merujuk pada program pelatihan pemuda Indonesia di Yordania yang telah berjalan bertahun-tahun.

Sebagai respons, Raja Abdullah II menyampaikan rasa bangga dan kehormatan atas undangan tersebut, sambil menegaskan komitmen Yordania untuk mempererat solidaritas dengan Indonesia. “Saya bangga dan terhormat berada di sini, bangga dan terhormat menyebut Anda sahabat lama saya. Saya tahu dalam pembahasan kita malam ini dan besok, ada banyak peluang baru untuk memperkuat ikatan antara Indonesia dan Yordania,” ujar Raja Abdullah II. Ia juga menyatakan keyakinan bahwa Indonesia akan terus maju di bawah kepemimpinan Prabowo, yang dianggap sebagai mitra strategis dalam menghadapi tantangan regional.
Pertemuan ini berlangsung di tengah eskalasi konflik di Timur Tengah, termasuk isu-isu seperti ketegangan Israel-Palestina dan dampaknya terhadap stabilitas energi global. Analis hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Dr. Lina Purnama, menilai bahwa kunjungan ini mencerminkan strategi diplomasi “equilibrium” Prabowo, yang menggabungkan elemen historis dengan pendekatan pragmatis. “Hubungan emosional pribadi antara kedua pemimpin menjadi jembatan unik untuk membahas isu sensitif, seperti dukungan bersama terhadap solusi dua negara di Palestina, tanpa mengorbankan kepentingan nasional masing-masing,” kata Lina dalam wawancara eksklusif.
Agenda bilateral mencakup diskusi mendalam tentang kerja sama ekonomi, pendidikan, dan keamanan. Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, melihat Yordania sebagai mitra kunci di kawasan Arab untuk mempromosikan moderasi Islam dan perdamaian. Sementara itu, Yordania mengharapkan dukungan Indonesia dalam forum internasional, termasuk ASEAN dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza dan Lebanon.
Baca juga : Peluncuran Music Video “Nyanyian Timur” Menjadi Pembuka Narasi Epik Film Timur di Layar Lebar
Kunjungan Raja Abdullah II, yang dijadwalkan berlangsung hingga Sabesok, juga melibatkan pertemuan dengan para pemimpin bisnis Indonesia untuk menjajaki investasi di sektor pariwisata, teknologi, dan infrastruktur. Menurut sumber diplomatik, kedua negara sepakat untuk membentuk kelompok kerja bersama guna menindaklanjuti inisiatif ini, dengan fokus pada transfer pengetahuan dan penguatan kapasitas sumber daya manusia.
Dari perspektif akademis, pertemuan ini dapat dianalisis melalui lensa teori “soft power” Joseph Nye, di mana ikatan emosional dan historis menjadi instrumen diplomasi yang lebih efektif daripada paksaan militer. Sejarawan Timur Tengah dari Institut Teknologi Bandung, Prof. Ahmad Rizki, menambahkan bahwa hubungan Indonesia-Yordania sejak era Soekarno hingga kini telah berkembang dari solidaritas anti-kolonial menjadi kemitraan strategis multipolar. “Ini bukan sekadar pertemuan protokoler, melainkan upaya bersama untuk membangun ketahanan kawasan di era multipolaritas,” tutur Rizki.
Pertemuan Prabowo-Abdullah II menegaskan komitmen kedua negara untuk melanjutkan kemitraan strategis, tidak hanya dalam menghadapi ancaman regional tetapi juga dalam mempromosikan perdamaian global. Di tengah dunia yang semakin terfragmentasi, aliansi seperti ini menjadi contoh bagaimana hubungan pribadi pemimpin dapat mendorong stabilitas yang lebih luas.
Pewarta : Anjar Bramantyo

