RI News Portal. Wonogiri 14 November 2025 – Menjelang musim hujan, petani di Kabupaten Wonogiri terlihat berduyun-duyun dan berkelompok di area persawahan. Mereka tengah mengejar target produksi pangan dengan menggarap sawah untuk ditanami padi. Wonogiri yang merupakan wilayah dataran tinggi dengan persawahan berterasering dan berundak-undak membuat petani setempat selalu memanfaatkan musim hujan sebagai waktu utama bertani.
Saat ditemui di wilayah Desa Ngelo, Kecamatan Jatiroto, petani bernama Martono menyampaikan kepada RI NEWS, “Meskipun padi dapat ditanam sepanjang tahun, pada dasarnya penanaman padi bergantung pada ketersediaan air. Musim tanam padi dapat dikelompokkan menjadi beberapa periode. Lalu, seperti apa pembagiannya?”
Menurut Martono, musim tanam merupakan pedoman waktu tertentu yang dijadikan tahap awal menanam. Pedoman ini berperan penting agar pelaku sektor pertanian mendapatkan arah budi daya tanaman, khususnya tanaman pangan.

Dalam kegiatan budi daya padi, ada dua aspek penting yang perlu dipahami agar penanaman berhasil, yaitu:
- Hubungan antara jadwal penanaman dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi.
- Hubungan antara siklus perubahan cuaca dengan dinamika perkembangan hama dan penyakit tanaman padi.
Musim penanaman padi utama dilaksanakan pada musim penghujan, baik di tanah basah (yang memiliki pengairan baik) maupun tanah kering (tadah hujan). Musim tanam utama berlangsung pada bulan November, Desember, Januari, Februari, dan Maret.
Berbeda dengan musim tanam gadu yang tidak mendapatkan pengairan teknis, melainkan hanya mengandalkan air hujan. Musim tanam gadu biasanya terjadi pada bulan April, Mei, Juni, dan Juli.
Kemudian ada musim tanam kemarau yang tetap dapat dilaksanakan asalkan sistem irigasi lancar. Musim ini berlangsung pada bulan Agustus, September, dan Oktober.
“Musim tanam utama menghasilkan panen raya atau panen besar, musim tanam gadu menghasilkan panen gadu, sedangkan musim tanam kemarau menghasilkan panen kecil,” jelas Martono.
Senada dengan Martono, petani asal Desa Sugihan, Kecamatan Jatiroto, juga membenarkan hal tersebut. Menurutnya, mayoritas petani padi dan palawija di Wonogiri masih mengandalkan tadah hujan. “Jika sudah mendekati bulan Juli, kami mulai beralih ke tanaman hortikultura karena tanaman tersebut tidak memerlukan air terlalu banyak,” ujarnya.
Dengan memanfaatkan musim hujan secara optimal, petani Wonogiri terus berupaya menjaga ketahanan pangan daerah melalui pola tanam yang sesuai dengan kondisi alam setempat.
Pewarta : Nandar Suyadi

