RI News Portal. Bandarlampung, 10 November 2025 – Dalam sebuah ritual penghormatan yang sarat makna historis, Wali Kota Bandarlampung Eva Dwiana memimpin Upacara Ziarah Tabur Bunga di perairan Teluk Lampung pada Senin pagi, sebagai bagian dari peringatan Hari Pahlawan Nasional ke-80. Acara ini tidak hanya menjadi momen refleksi atas pengorbanan para pejuang kemerdekaan, tetapi juga panggilan untuk mengintegrasikan semangat juang tersebut ke dalam agenda pembangunan kontemporer kota pelabuhan ini.
Mengangkat tema “Pahlawanku Teladanku, Terus Bergerak Melanjutkan Perjuangan,” Eva Dwiana menekankan bahwa laut sebagai elemen geografis Lampung menyimpan narasi perjuangan matra laut yang sering terlupakan dalam diskursus nasional. “Perairan ini bukan sekadar ruang navigasi, melainkan arena di mana para pahlawan dari kesatuan laut dan angkatan bersenjata lainnya telah mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankan kedaulatan maritim Indonesia,” ujarnya dalam pidato pembuka, yang disampaikan di atas kapal utama upacara.
Analisis akademis terhadap pernyataan ini mengungkap lapisan simbolisme yang mendalam: tabur bunga bukanlah sekadar ritual seremonial, melainkan mekanisme transmisi nilai intergenerational. Setiap kuntum yang dilepaskan ke arus Teluk Lampung merepresentasikan transfer tanggung jawab dari generasi pendahulu ke penerus, di mana semangat perjuangan diartikulasikan ulang sebagai imperatif etis untuk kemajuan kolektif. Eva Dwiana secara eksplisit menghubungkan ini dengan konteks urban Bandarlampung, di mana perjuangan modern diterjemahkan sebagai upaya membangun kota yang resilien terhadap tantangan ekonomi dan lingkungan.

Dalam perspektif sosiologis, ajakan wali kota kepada generasi muda untuk berkontribusi melalui “karya nyata” mencerminkan paradigma pembangunan berkelanjutan yang berakar pada identitas nasional. Ia menyoroti tiga pilar utama: peningkatan kesejahteraan melalui daya saing ekonomi, integritas dalam birokrasi pelayanan publik, serta pemeliharaan harmoni sosial di tengah pluralisme budaya Lampung. “Bagi penduduk daratan, perjuangan bukan lagi tentang pertempuran fisik, melainkan tentang inovasi yang menjaga keberlanjutan sumber daya laut dan darat,” tambahnya, mengimplikasikan pendekatan holistik yang mengintegrasikan dimensi maritim ke dalam perencanaan kota.
Upacara ini juga menjadi platform untuk mengapresiasi peran institusi keamanan maritim. Eva Dwiana memuji kontribusi TNI, Polri, dan badan-badan kelautan dalam menangkal ancaman seperti penjarahan sumber daya alam dan memastikan keselamatan navigasi di jalur strategis Selat Sunda yang berdekatan. Dari sudut pandang studi keamanan nasional, pengakuan ini memperkuat narasi bahwa kedaulatan laut merupakan ekstensi dari perjuangan kemerdekaan, di mana pencegahan eksploitasi ilegal menjadi bentuk perlawanan kontemporer terhadap neo-kolonialisme sumber daya.
Refleksi penutup Eva Dwiana mengandung elemen introspeksi filosofis: “Pengorbanan total para pahlawan menuntut kita untuk mengevaluasi kontribusi pribadi dan kolektif terhadap bangsa.” Ajakan ini, yang diakhiri dengan tabur bunga massal oleh para peserta—termasuk pejabat daerah, veteran, dan pelajar—menandai komitmen simbolis untuk menjadikan Hari Pahlawan sebagai katalisator aksi nyata, bukan sekadar peringatan tahunan.
Dengan demikian, ziarah laut ini tidak hanya menghidupkan kembali memori historis, tetapi juga merumuskan visi prospektif bagi Bandarlampung sebagai kota maritim yang progresif, di mana warisan pahlawan menjadi blueprint untuk resiliensi nasional di era globalisasi.
Pewarta : T Gaul

