RI News Portal. Melawi, 7 November 2025 – Di tengah hiruk-pikuk tugas harian yang menuntut ketelitian dan kecepatan, personel Polres Melawi menemukan jeda berharga melalui tendangan bola yang ringan namun bermakna. Pertandingan mini soccer persahabatan antara tim Polres Melawi dan awak media lokal yang digelar kemarin pagi di Lapangan Mini Soccer Nanga Pinoh bukan hanya ajang olahraga, melainkan ritual kebersamaan yang menyatukan dua pilar penjaga informasi dan keamanan masyarakat. Sorak sorai penonton yang memenuhi pinggir lapangan menjadi irama yang menggema, mengiringi setiap gol dan peluang yang terbuang, seolah mengingatkan bahwa di balik seragam biru dan kertas catatan, ada manusia-manusia yang saling membutuhkan.
Kapolres Melawi, AKBP Harris Batara Simbolon, S.I.K., S.H., M.Tr.Opsla, turun langsung ke lapangan sebagai kapten tim, memimpin personelnya dengan semangat yang tak kalah dari seorang pelatih profesional. “Kegiatan ini lahir dari keyakinan bahwa silaturahmi tak selalu harus dalam ruang rapat formal. Melalui mini soccer, kami ingin membangun jembatan emosional yang lebih kuat, di mana polisi dan wartawan bisa berbagi tawa, keringat, dan bahkan keluhan ringan tentang cuaca panas Nanga Pinoh,” ujarnya usai pertandingan, sambil menyeka keringat dengan handuk yang sama yang digunakan untuk mengelap meja konferensi. Bagi Simbolon, acara ini juga menjadi kanvas untuk melukis nasionalisme yang sederhana: satu bangsa, satu lapangan, satu semangat fair play.
Pertandingan yang berlangsung selama dua babak penuh intensitas itu berakhir dengan kemenangan tipis bagi tim Polres Melawi, meski tak ada yang benar-benar peduli dengan skor akhir. Yang lebih mencuri perhatian adalah momen-momen spontan, seperti saat seorang wartawan senior hampir mencetak gol penalti tapi malah memeluk kiper polisi sebagai bentuk apresiasi atas penyelamatan gemilang. Di sela-sela istirahat, obrolan ringan tentang isu lokal mengalir deras, dari rencana liputan investigasi hingga tips menjaga stamina di tengah deadline ketat. “Ini seperti terapi gratis,” candanya salah seorang peserta dari barisan media, yang memilih anonim untuk menjaga netralitas berita hari itu.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Melawi, AKP Amril, yang juga aktif di lapangan, menekankan dimensi kesehatan yang tak terpisahkan dari kegiatan ini. “Sepak bola mini bukan hanya soal mencetak gol, tapi juga menjaga jantung tetap berdetak kencang di luar konteks pengejaran pelaku. Melalui olahraga ini, kami berharap bisa mengurangi beban stres dari kasus-kasus rumit, sekaligus mempererat ikatan dengan rekan wartawan yang sering menjadi mitra kami di garis depan pemberitaan,” katanya. Pernyataan itu seolah menjadi pengingat bahwa di era di mana informasi beredar secepat virus, kolaborasi antara penegak hukum dan jurnalis adalah vaksin terbaik melawan misinformasi.
Lebih dari sekadar hiburan, pertemuan ini membuka ruang untuk refleksi yang lebih dalam tentang dinamika hubungan polisi-media di tingkat lokal. Di Melawi, sebuah kabupaten yang dikelilingi hutan lebat dan sungai deras, di mana berita sering kali lahir dari perjalanan panjang ke desa-desa terpencil, interaksi seperti ini menjadi katalisator untuk komunikasi yang lebih lancar. Bayangkan: seorang polisi yang biasa berhadapan dengan laporan kriminal kini berbagi cerita tentang keluarga dengan wartawan yang dikenalnya dari konferensi pers. Atau, sebaliknya, seorang jurnalis yang terbiasa menggali fakta kini belajar arti dari isyarat non-verbal di lapangan—sebuah pelajaran yang tak tergantikan oleh workshop manajemen.
Dalam konteks yang lebih luas, inisiatif semacam ini menggemakan semangat persatuan yang menjadi denyut nadi kehidupan berbangsa. Di Indonesia, di mana aparat kepolisian dan media saling bergantung untuk menjaga kestabilan sosial—dari mengungkap korupsi hingga meredam hoaks—kegiatan informal seperti mini soccer berfungsi sebagai pengikat tak kasat mata. Ia membangun kepercayaan yang rapuh, yang sering terkikis oleh tudingan bias atau ketidakakuratan. Sinergi yang lahir dari kebersamaan ini tak hanya meningkatkan kualitas pemberitaan yang berimbang, tapi juga menciptakan citra polisi sebagai mitra masyarakat, bukan sekadar penjaga gerbang. Tak heran jika penonton, yang mayoritas warga lokal, pulang dengan senyum lebar, merasa bahwa institusi yang mereka andalkan sedang berproses menjadi lebih manusiawi.

Wartawati Lisa Susanti, yang turut berpartisipasi sebagai pemain cadangan dan pencatat catatan lapangan, melihat acara ini sebagai metafor yang sempurna. “Di lapangan, tak ada hierarki: semua sama-sama berlari mengejar bola. Ini mengajarkan kami untuk lebih empati saat menulis berita tentang polisi, dan sebaliknya, mereka belajar menghargai tantangan kami dalam mencari kebenaran,” ungkapnya dengan mata berbinar, masih mengenakan sepatu bola yang berdebu. Bagi Susanti, yang telah bertahun-tahun meliput isu hukum di Melawi, momen seperti ini adalah investasi jangka panjang untuk jurnalisme yang lebih kolaboratif.
Sebagai penutup, pertandingan mini soccer kemarin bukan akhir dari sebuah bab, melainkan pembuka untuk yang baru. Dengan rencana menjadikan acara ini agenda rutin, Polres Melawi mengirim sinyal kuat: hubungan baik dibangun bukan dengan perintah, tapi dengan tendangan bersama. Di tengah tantangan nasional seperti polarisasi informasi dan tekanan keamanan, inisiatif kecil ini menjadi contoh bahwa kebersamaan, meski dimulai dari lapangan kecil, bisa mengubah narasi besar tentang harmoni sosial. Dan siapa tahu, di pertandingan selanjutnya, gol kemenangan justru dicetak oleh tim gabungan—simbol bahwa kemenangan terbesar adalah persatuan itu sendiri.
Pewarta : Lisa Susanti

