RI News Portal. Subang, Jawa Barat – Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menegaskan bahwa peningkatan kapasitas perempuan di sektor pertanian melalui pelatihan keterampilan ramah lingkungan merupakan instrumen strategis untuk membangun ketahanan pangan berkelanjutan dari unit terkecil masyarakat, yakni keluarga.
Pernyataan tersebut disampaikan Lestari—yang akrab disapa Rerie—saat membuka Bimbingan Teknis Pertanian Ramah Lingkungan bagi 48 perempuan dari Kabupaten Demak, Kudus, dan Jepara, di Subang, Jawa Barat, akhir pekan lalu. Program ini merupakan kelanjutan kerja sama dengan lembaga pemberdayaan masyarakat Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) yang telah berjalan sejak 2021.
“Agenda utama ke depan adalah ketahanan pangan. Bagaimana kita mengaktivasi kemampuan memenuhi kebutuhan pangan dari lingkup keluarga menjadi langkah krusial,” ujar Rerie.

Sejak inisiasi pada 2021, program pelatihan serupa telah menjangkau sekitar 600 peserta dari berbagai kabupaten di Indonesia. Salah satu indikator keberhasilan terlihat pada kelompok alumni IBEKA di Kabupaten Luwu, Sulawesi Tengah, yang kini mampu memproduksi pupuk organik secara mandiri sekaligus mengembangkannya menjadi komoditas komersial. Mereka menjadi motor penggerak praktik pertanian berkelanjutan di wilayahnya.
Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI, menekankan posisi historis perempuan sebagai penjaga kearifan lokal. “Nilai melestarikan lingkungan dan pola hidup sehat biasanya diturunkan ibu kepada anak sejak dini,” katanya. Pelatihan pertanian ramah lingkungan, menurutnya, memperkuat peran tersebut sekaligus menciptakan efek multiplier pada kesejahteraan keluarga.
Baca juga : China dan Rusia Perkuat Ikatan Humaniora melalui Komite ke-26 di Beijing
Dengan keluarga yang mandiri secara pangan dan berpraktik ramah lingkungan, Rerie yakin target akselerasi ketahanan pangan nasional dapat tercapai lebih cepat. “Ini bukan sekadar program teknis, melainkan investasi pada kemandirian bangsa menghadapi tantangan global ke depan,” tegasnya.
Program di Subang kali ini mencakup modul pengolahan lahan tanpa bahan kimia, pengelolaan limbah organik, dan pengembangan agrobisnis skala rumah tangga. Peserta diharapkan menjadi agen perubahan di komunitas masing-masing, memperluas jaringan praktik pertanian berkelanjutan dari tingkat desa hingga kabupaten.
Pewarta : Albertus Parikesit

