RI News Portal. Solo, 2 November 2025 – Dunia kebudayaan Jawa ditinggalkan salah satu ikonnya. Sri Susuhunan Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Pakubuwono XIII Hangabehi, raja ke-13 Keraton Surakarta Hadiningrat, menghembuskan napas terakhir pada Minggu pagi, 2 November 2025, pukul 07.00 WIB, di Rumah Sakit Indriati Solo Baru. Beliau berusia 77 tahun.
Kabar wafatnya dikonfirmasi langsung oleh adik ipar almarhum, R.Ay Febri Hapsari Dipokusumo, melalui pernyataan singkat kepada wartawan. “Benar, mohon doanya untuk keluarga,” katanya saat dihubungi pada hari yang sama. Dalam keterangan tertulis yang disebarkan secara terbatas kepada kalangan terdekat, Febri menyebutkan bahwa kesehatan Pakubuwono XIII memang telah menurun dalam beberapa pekan terakhir, meski detail medis tidak diungkap secara publik.
Hingga pukul 09.30 WIB, pihak Keraton Surakarta belum merilis pengumuman resmi terkait prosesi pemakaman, lokasi penyemayaman jenazah, maupun agenda lanjutan. Namun, sebuah jumpa pers dijadwalkan berlangsung pada pukul 10.00 WIB di Kantor Badan Pengelola Karaton Surakarta Hadiningrat, tepatnya di kawasan Kamandungan sisi timur. Acara tersebut diharapkan menjadi sumber informasi otoritatif pertama pasca-kepergian sang raja.

Nama lengkap almarhum adalah Sri Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Alaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah. Ia naik takhta pada 2004 setelah wafatnya pendahulunya, SISKS Pakubuwono XII, dan dikenal sebagai pemimpin yang getol melestarikan tradisi adi luhung sekaligus merangkul dinamika masyarakat modern. Di bawah kepemimpinannya, Keraton Surakarta memperkuat peran sebagai pusat kajian budaya Jawa, termasuk melalui pengembangan museum internal dan kolaborasi dengan lembaga akademis.
Ungkapan duka cita mengalir dari berbagai kalangan. Wakil Wali Kota Surakarta, Astrid Widayani, menyampaikan belasungkawa melalui unggahan di akun Instagram pribadinya. “Swargi langgeng SISKS Pakoe Boewono (PB) XIII,” tulisnya sambil menyertakan foto kebersamaan dengan almarhum. Pesan itu langsung memicu ratusan komentar dari warganet yang menyampaikan doa dan kenangan pribadi terhadap sosok yang kerap hadir dalam acara budaya kota.
Baca juga : Jeritan Masyarakat Minahasa Utara: Mafia Tanah Menggerogoti Hak Milik Warga, Oknum BPN Diduga Terlibat
Para pengamat budaya menilai kepergian Pakubuwono XIII meninggalkan ruang kosong dalam diskursus pelestarian monarki Jawa di era kontemporer. “Beliau adalah jembatan antara tradisi kraton dan realitas masyarakat urban,” ujar Dr. Sri Margana, sejarawan dari Universitas Gadjah Mada, dalam wawancara terpisah. “Kehadirannya selama dua dekade terakhir memperlihatkan bagaimana institusi kraton dapat tetap relevan tanpa kehilangan esensi spiritualnya.”
Prosesi adat pemakaman raja Keraton Surakarta biasanya mengikuti tata cara ngabekten dan labuh yang sarat simbolisme. Meski belum ada kepastian, tradisi serupa pernah diterapkan saat wafatnya Pakubuwono XII pada 2004, dengan jenazah disemayamkan di Bangsal Smarakatha sebelum dimakamkan di Astana Imogiri.
Publik kini menanti arahan resmi dari Keraton untuk menghadiri upacara-upacara selanjutnya. Kepergian SISKS Pakubuwono XIII tidak hanya menjadi duka bagi keluarga kraton, tetapi juga bagi komunitas budaya yang selama ini menjadikan beliau sebagai rujukan living heritage Jawa.
Pewarta : Vie

