RI News Portal. Semarang, 1 November 2025 – Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, menyambangi kediaman almarhumah Mega Gita Safitri di Jalan Pedamaran, Gang Buntu No.10 RT4/RW5, Kelurahan Kauman, Kecamatan Semarang Tengah, pada Jumat (31/10/2025). Kunjungan ini menyusul tragedi robohnya rumah korban pada malam sebelumnya, Kamis (30/10/2025), akibat hujan deras yang memicu runtuhnya tembok bangunan tua di belakang tempat tinggal tersebut.
Insiden nahas itu merenggut nyawa Mega Gita Safitri, seorang ibu yang tinggal bersama dua anaknya, Yuanita Atia Eka (7 tahun) dan Ikwan Setiawan (4 tahun), serta adiknya, Syahrul Adji Pramuda (20 tahun). Rumah semi-permanen yang ditempati keluarga ini menempel langsung pada tembok struktur lama yang sudah rapuh, sehingga saat hujan deras mengguyur, tembok tersebut ambruk dan menimpa bagian belakang rumah. Ketiga penghuni lainnya selamat, meski mengalami luka memar ringan.
Dalam pernyataannya di lokasi, Agustina menekankan prioritas penanganan pasca-bencana bagi anak-anak korban. “Ada korban meninggal dunia di sini, dan kami akan memastikan anak-anaknya mendapatkan perhatian penuh, khususnya dalam hal pendidikan,” ujarnya. Ia menyebut bahwa status rumah tersebut bukan milik pribadi korban, melainkan bangunan tidak resmi, yang membatasi kewenangan pemerintah kota dalam menyediakan bantuan rekonstruksi langsung.

Meski demikian, Agustina mengungkapkan bahwa tim relawan dari warga setempat telah dibentuk untuk membersihkan puing-puing dan menyiapkan tempat tinggal sementara. Syahrul Adji Pramuda, yang bekerja di kawasan Pedamaran, diharapkan dapat tetap menempati rumah tersebut bersama kedua ponakannya. “Kami jamin kebutuhan makan dan minum sehari-hari. Relawan akan menangani pembersihan, memaksimalkan ruang yang ada, dan yang terpenting, pendidikan anak-anak akan kami tanggung sepenuhnya karena mereka termasuk keluarga kurang mampu,” tambahnya.
Kunjungan ini juga memicu instruksi langsung kepada pihak kecamatan untuk melakukan inspeksi menyeluruh terhadap bangunan ilegal di wilayah tersebut, terutama yang berisiko akibat struktur tua di sekitarnya. Agustina memerintahkan agar kedua anak korban segera dibawa ke puskesmas terdekat untuk pemeriksaan medis guna mengatasi memar yang dialami.
Lebih lanjut, pemerintah kota berencana memperbarui data kemiskinan melalui verifikasi ulang Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). “Jika ada warga miskin yang belum tercover, kami akan perbarui datanya agar bantuan tepat sasaran,” katanya. Langkah ini diintegrasikan dengan upaya jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.
Baca juga : Lapas Brebes Wujudkan Kepedulian Lewat “Jumat Berkah”: Nasi Kotak untuk Tukang Becak dan Warga Sekitar
Sebagai bagian dari strategi revitalisasi, Agustina mengumumkan rencana penghidupan kembali Kampung Semawis dan area sekitar Klenteng Tay Kak Sie. “Kawasan ini akan ditata ulang untuk menjadi pusat keramaian sore hingga malam hari. Warga bisa berjualan makanan, kerajinan tangan, atau bahkan menjadi pemandu wisata lokal,” jelasnya. Inisiatif ini diharapkan tidak hanya mencegah kemiskinan struktural, tapi juga mengurangi ketergantungan pada bangunan rawan bencana dengan menciptakan sumber pendapatan alternatif.
Tragedi ini menjadi pengingat akan kerentanan permukiman padat di kawasan heritage Semarang, di mana bangunan tua sering kali berdampingan dengan hunian informal. Pemerintah kota menegaskan komitmennya untuk menggabungkan respons darurat dengan pembangunan berkelanjutan, memastikan bahwa keluarga seperti milik almarhumah Mega Gita Safitri tidak lagi terjebak dalam siklus kemiskinan dan risiko bencana.
Pewarta : Sriyanto

