
RI News Portal. Tangsel, 17 Oktober 2025 – Komitmen kuat untuk membangun fondasi voli masa depan di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) semakin terlihat nyata. Ketua Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) Tangsel, Ani Dwi Oktavia, menegaskan prioritas utamanya: mempercepat regenerasi atlet muda sambil memperluas jaringan pembinaan ke seluruh wilayah. Pernyataan ini disampaikan usai kesuksesan Kejuaraan Antar Klub Bola Voli U-15 Putra dan Putri di GOR Ciputat, 15–16 Oktober 2025 – ajang yang tak hanya mempertemukan talenta muda, tapi juga menjadi cerminan transformasi olahraga voli lokal.
Dalam wawancara eksklusif pasca-event, Ani mengungkapkan euforia atas lonjakan partisipasi. “Alhamdulillah, kini kami telah merangkul delapan klub putra dan tujuh klub putri – jauh lebih masif dibanding era sebelumnya yang hanya bergantung pada segelintir kelompok,” ujarnya, Kamis (16/10). Kejuaraan ini, menurut Ani, bukan sekadar kompetisi, melainkan pintu gerbang strategis untuk menjaring atlet berbakat baru. “Kami optimistis bisa melahirkan generasi penerus yang tak hanya kompetitif di tingkat provinsi, tapi juga nasional, sambil tetap setia membela Tangsel.”
Apa yang membuat voli Tangsel begitu menjanjikan? Ani menyoroti antusiasme anak muda setempat yang tak tertandingi, didorong oleh warisan budaya olahraga dari orang tua. “Potensi di sini luar biasa besar. Banyak warga Tangsel yang tumbuh dengan voli sebagai bagian hidup – dan dukungan orang tua mereka? Sungguh luar biasa, seperti api yang tak pernah padam,” katanya dengan penuh semangat. Meski peserta kali ini didominasi klub dari Ciputat dan Pamulang, Ani yakin ekspansi ke seluruh kecamatan bukan mimpi belaka. “Hampir setiap klub punya cerita sukses serupa. Beberapa sudah mewakili Tangsel di level provinsi, membuktikan pembinaan bertahap kami berbuah manis.”

Namun, di balik euforia itu, Ani tak menutup mata pada tantangan nyata: hilangnya lapangan voli tradisional akibat urbanisasi. “Dulu, hampir setiap RT-RW punya lapangan voli sendiri. Kini, banyak yang berganti fungsi jadi area permukiman. Tapi, semangat rakyat Tangsel tak tergoyahkan – lihat saja kelompok ibu-ibu yang rutin bertanding di GOR Ciputat, atau turnamen komunal yang masih hidup di berbagai sudut kota,” ungkapnya. Data internal PBVSI Tangsel memperkuat narasi ini: partisipasi perempuan dewasa naik 40% dalam dua tahun terakhir, menunjukkan voli sebagai perekat sosial yang inklusif.
Pendekatan PBVSI Tangsel kini lebih terstruktur, selaras dengan arahan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) setempat. Ani mengungkap langkah prioritas: pembaruan database atlet secara menyeluruh, dilengkapi program pembinaan usia dini dan kompetisi lokal berkelanjutan. “Fokus kami adalah regenerasi berkelanjutan. Dengan wadah seperti Kejurkot ini, kami bangun fondasi kuat – bukan hanya skill teknis, tapi juga mental juara,” jelasnya. Penelitian sederhana internal PBVSI menunjukkan, atlet U-15 yang terlatih sejak dini memiliki tingkat retensi 70% lebih tinggi hingga level senior.
Baca juga : Hari Kebudayaan Nasional Resmi Ditetapkan: 17 Oktober Jadi Tonggak Abadi Persatuan Bangsa
Tapi, hambatan terbesar tetap fasilitas. Tangsel belum punya GOR voli berstandar nasional, meski GOR Ciputat telah menjadi “rumah sementara” yang andal. Ani optimistis: “Insya Allah, perhatian pemerintah daerah akan membuahkan pembangunan arena elite. Ini bukan harapan kosong – momentum kejuaraan ini jadi bukti kami layak dapat dukungan lebih.” Rencana jangka pendek? Ekspansi kejuaraan ke 100% kecamatan pada 2026, dengan target 15 klub baru.
Mengonfirmasi kesuksesan ini, Herdi – Ketua Panitia Kejurkot sekaligus Kabid Organisasi PBVSI Tangsel – menyebut event ini sebagai “babak pembuka emas” di bawah kepemimpinan Ani. “Alhamdulillah, dukungan pemerintah total. Dari empat klub tahun lalu, kini delapan klub dari tujuh kecamatan ikut – peningkatan dua kali lipat yang historis,” katanya. Herdi menambahkan, ajang ini tak hanya unggul secara kuantitas, tapi juga kualitas: 60% peserta menunjukkan peningkatan performa 25% berdasarkan metrik latihan pra-event.
Dari perspektif jurnalistik akademis, keberhasilan ini mencerminkan model pembinaan olahraga berbasis komunitas yang efektif di daerah suburban seperti Tangsel. Studi komparatif dengan kota tetangga menunjukkan, pendekatan regenerasi inklusif seperti ini bisa tingkatkan medali provinsi hingga 35% dalam tiga tahun. Bagi Tangsel, ini bukan akhir, tapi awal dari era voli gemilang – di mana anak muda bukan hanya bermain, tapi memimpin perubahan.
Pewarta : Syahrudin Bhalak
