
RI News Portal. Pesisir Selatan, 22 September 2025 – Di tengah hiruk-pikuk pagi yang cerah di Nagari Sungai Kuyung, Kecamatan Pancung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan, upacara bendera Merah Putih di SMPN 03 berlangsung khidmat pada pukul 07.30 WIB. Acara yang biasanya sederhana ini kali ini hadir dengan nuansa edukatif yang mendalam, dipimpin langsung oleh IPTU Hendra, SH.MH, Kapolsek Pancung Soal, sebagai pembina upacara. Inisiatif ini bukan sekadar rutinitas nasional, melainkan pintu gerbang bagi generasi muda untuk memahami jaringan rumit antara hukum, sosial, dan budaya di era digital yang semakin kompleks.
Permintaan kehadiran IPTU Hendra datang langsung dari kepala sekolah SMPN 03, didukung oleh para guru dan siswa yang haus akan panduan nyata. “Kami ingin anak-anak tidak hanya menghormati bendera, tapi juga membangun fondasi etika yang kuat,” ujar kepala sekolah, yang enggan disebut namanya untuk menjaga fokus pada pesan substansial. Dalam peran gandanya sebagai pembina, IPTU Hendra tidak hanya memimpin pengibaran bendera dengan presisi militer, tapi juga menyuntikkan semangat reflektif: bagaimana simbol nasional itu menjadi pengingat akan tanggung jawab kolektif di tengah arus globalisasi yang menggoda remaja dengan pilihan-pilihan abu-abu.

Upacara berakhir dengan sesi sosialisasi yang menjadi jantung acara, di mana IPTU Hendra membuka diskusi terbuka tentang jebakan pelanggaran hukum yang sering mengintai kalangan muda. Tawuran antar pelajar, yang kerap lahir dari emosi sesaat di media sosial, digambarkan sebagai bom waktu yang merusak masa depan. Narkoba, dengan jaringannya yang licin dan merusak otak, disorot sebagai musuh tak kasat mata yang menjanjikan euforia palsu. Namun, topik yang paling mencuri perhatian adalah pembahasan tentang orientasi dan identitas seksual—sebuah isu yang jarang disentuh di forum sekolah pedesaan, tapi semakin relevan di era informasi bebas.
Dengan bahasa yang sederhana namun tegas, IPTU Hendra mendefinisikan istilah-istilah kunci untuk membangun pemahaman yang inklusif sekaligus waspada. Lesbian, misalnya, dijelaskan sebagai ketertarikan seksual dan romantis seorang wanita terhadap wanita lain, sebuah realitas yang ada di masyarakat tapi sering diselimuti stigma. Gay, sebagai bentuk serupa pada pria terhadap pria, menyoroti keragaman manusiawi yang harus dihormati tanpa kompromi pada norma hukum. Bisexual—atau biseksual—mencakup ketertarikan terhadap lebih dari satu jenis kelamin, sementara transgender merujuk pada mereka yang identitas gendernya bertolak belakang dengan jenis kelamin biologis saat lahir, termasuk transpuan (laki-laki lahir yang mengidentifikasi sebagai perempuan) dan translelaki (sebaliknya).
Baca juga : Polres Melawi dan Perumdam Tirta Melawi Perkuat Kemitraan melalui Apel Bersama
“Ini bukan tentang menghakimi, tapi melindungi,” tegas IPTU Hendra dalam penyampaiannya, yang didasari pengalaman lapangan sebagai penegak hukum. Sosialisasi ini menekankan bahwa terlibat dalam aktivitas yang melanggar norma sosial atau hukum—seperti promosi perilaku yang bertentangan dengan nilai budaya lokal—bisa berujung pada sanksi pidana, tapi lebih dari itu, merenggut potensi diri. Pendekatan ini mencerminkan paradigma baru penegakan hukum di Pesisir Selatan: bukan sekadar razia, tapi dialog yang membentuk warga sadar.
Reaksi audiens? Gemuruh tepuk tangan dan sorak kegembiraan memenuhi aula sekolah. Guru-guru mengangguk setuju, siswa-siswa tampak terpikat dengan keberanian membahas topik tabu, dan perwakilan dari Nagari Sungai Kuyung—yang turut hadir sebagai bentuk solidaritas komunal—menyambutnya dengan antusiasme yang tulus. “Akhirnya, ada yang berani bicara jujur tanpa dogma,” bisik salah seorang siswa kelas IX, mewakili gelombang rasa syukur yang melanda.
Acara ini bukan hanya momen satu pagi, tapi cerminan bagaimana institusi seperti Polsek Pancung Soal bertransformasi menjadi mitra pendidikan. Di tengah tantangan remaja yang semakin terpapar narasi global melalui ponsel, inisiatif seperti ini menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas. Bagi SMPN 03, upacara hari ini meninggalkan warisan: bendera Merah Putih bukan hanya kain yang dikibarkan, tapi janji untuk tumbuh dengan integritas di dunia yang penuh gradasi.
Pewarta : Sami S
