
RI News Portal. Sumber Jaya, Lampung Barat – 17 September 2025 – Di bawah cahaya lampu malam yang hangat, halaman Pondok Pesantren Miftahul Huda 407 di Kelurahan Tugu Sari, Kecamatan Sumber Jaya, menjadi saksi bisu pertemuan ribuan jiwa yang terikat oleh ikatan keilmuan dan keimanan. Pada Selasa malam (16/9/2025), Reuni Akbar Himpunan Alumni Miftahul Huda (HAMIDA) 407 menyatukan para mantan santri dari berbagai wilayah, menciptakan momen silaturahmi yang tak hanya nostalgik, tetapi juga strategis dalam memperkuat jaringan sosial keagamaan di era digital ini.
Acara yang dikemas dalam format pengajian dan diskusi kekeluargaan ini menarik lebih dari tiga ribu peserta, termasuk alumni yang telah berkiprah di berbagai sektor. Berbeda dari reuni konvensional, kegiatan ini menekankan pada penguatan ukhuwah Islamiyah sebagai fondasi untuk menghadapi dinamika sosial kontemporer, seperti polarisasi digital dan penurunan nilai moral di masyarakat urban. Para peserta, yang datang dari penjuru Lampung dan sekitarnya, berbagi cerita perjalanan hidup mereka pasca-lulus, sambil merefleksikan bagaimana pendidikan pesantren telah membentuk karakter mereka di tengah arus modernisasi.

Kehadiran tokoh-tokoh kunci menambah bobot acara ini. Bupati Lampung Barat, Parosil Mabsus, tampil sebagai tamu utama, didampingi oleh jajaran pejabat daerah, camat, lurah, dan tokoh masyarakat setempat. Tak ketinggalan, Ketua Umum HAMIDA Pusat, Ketua HAMIDA Provinsi Lampung, serta Ketua HAMIDA Kabupaten Lampung Barat ikut meramaikan panggung. Kehadiran mereka bukan sekadar formalitas, melainkan sinyal kuat tentang kolaborasi antara institusi keagamaan dan pemerintahan dalam membangun komunitas yang resilien.
Dalam pidato pembukaannya yang penuh semangat, Bupati Parosil menyampaikan penghargaan mendalam atas kontribusi alumni HAMIDA 407. Ia menyoroti bagaimana para alumni ini telah menjadi agen perubahan di masyarakat, mulai dari meningkatkan rasa aman hingga memperkuat fondasi keimanan. “Mudah-mudahan kehadiran kita hari ini nafasnya sama, niatnya sama, dan tujuannya pun sama, yakni mencari keridhoan Allah melalui silaturahmi ini,” ujar Parosil, menekankan esensi spiritual di balik pertemuan tersebut.
Lebih lanjut, Parosil menggarisbawahi peran pesantren sebagai benteng pendidikan karakter di tengah gempuran informasi digital yang seringkali menyesatkan. Menurutnya, Lampung Barat merasakan dampak positif dari kiprah alumni, seperti peningkatan ketakwaan masyarakat dan stabilitas sosial. “Lampung Barat ini terasa aman, tentram, tingkat keimanan dan ketakwaannya semakin meningkat. Tentu ini tidak terlepas dari peran serta alumni HAMIDA 407 yang senantiasa istiqomah,” tambahnya, sambil menekankan komitmen pemerintah untuk mendukung inisiatif semacam ini.
Pidato Bupati juga menyentuh aspek apresiasi institusional. Ia menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Lampung Barat telah dan akan terus memberikan penghargaan atas dedikasi alumni dalam mendukung program pemerintahan, termasuk pendidikan generasi muda dengan nilai akhlakul karimah. “Kami ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas ketulusan para alumni yang selama ini mengikuti program pemerintah, memberikan masukan, dan yang terpenting, mendidik generasi muda dengan akhlakul karimah,” lanjut Parosil.
Acara ini mencerminkan evolusi peran pesantren di Indonesia pasca-reformasi. Pondok Pesantren Miftahul Huda 407, sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional, telah berhasil mencetak generasi yang adaptif terhadap perubahan sosial. Reuni ini bukan hanya ajang nostalgia, tapi juga platform untuk diskusi tentang tantangan kontemporer, seperti integrasi teknologi dalam dakwah dan penguatan ekonomi umat melalui jaringan alumni. Para pengamat pendidikan agama menilai, kegiatan semacam ini dapat menjadi model untuk memperkuat sinergi antara pesantren, alumni, dan pemerintah dalam era globalisasi.
Di penghujung pidatonya, Parosil menyampaikan tiga pesan kunci yang resonan dengan konteks akademis: pendidikan agama sebagai pondasi moral, peran strategis pesantren dalam pembangunan SDM religius, serta pentingnya ukhuwah sebagai kekuatan kolektif umat. “Saya mengapresiasi upaya para guru, ustadz, dan pengasuh pondok pesantren yang telah mendidik dan membimbing para santri. Reuni HAMIDA ini adalah cerminan semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang luar biasa,” pungkasnya.
Acara berakhir dengan tausiyah dari ulama dan tokoh HAMIDA, diikuti doa bersama yang penuh harap. Momen ini diharapkan menjadi katalisator untuk kolaborasi lebih lanjut, membangun Lampung Barat yang tidak hanya religius, tapi juga adaptif terhadap dinamika zaman. Dalam konteks media online modern, cerita seperti ini mengingatkan kita bahwa di balik hiruk-pikuk digital, nilai-nilai tradisional seperti silaturahmi tetap menjadi pondasi kuat masyarakat Indonesia.
Pewarta : IF
