
RI News Portal. Bireuen, (15/8/2025) – Dua dekade setelah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki yang mengakhiri konflik bersenjata di Aceh, Pemerintah Kabupaten Bireuen memperingatinya dengan khidmat. Melalui Dinas Syariat Islam, Pemkab Bireuen menggelar zikir, doa bersama, dan tausiah bertema “Perjanjian Helsinki yang Berkelanjutan dan Bermartabat dalam Perspektif Islam” di Masjid Agung Sulthan Jeumpa pada Kamis pagi.
Acara ini dihadiri langsung oleh Bupati Bireuen, H. Mukhlis, ST, dan menghadirkan Rektor Universitas Islam Aceh (UIA) Paya Lipah, Dr. Nazaruddin Abdullah, MA, sebagai penceramah utama.
Dalam sambutannya, Bupati Mukhlis menegaskan bahwa MoU Helsinki adalah hasil dari proses negosiasi panjang yang dimediasi oleh mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari. Perjanjian ini menjadi babak baru bagi Aceh yang kini bebas dari konflik dan fokus pada pembangunan.

“Dampaknya bukan hanya pada stabilitas keamanan, tetapi juga pada pembangunan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat,” ujar Mukhlis.
Ia juga mengajak generasi muda Aceh untuk tidak melupakan sejarah yang ditulis dengan perjuangan dan pengorbanan. Mereka diharapkan menjadi agen perubahan masa depan dengan ide-ide segar untuk membangun Aceh yang lebih baik.
“Belajarlah dari masa lalu. Jadilah penjaga masa depan,” imbuhnya.
Peringatan 20 tahun MoU Helsinki ini menjadi momen untuk memberikan penghargaan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses perdamaian, mulai dari mantan kombatan, tokoh agama, tokoh sipil, hingga kaum perempuan dan masyarakat umum.
Kepala Dinas Syariat Islam Bireuen, Dr. H. Jufliwan, S.H., M.M., dalam laporannya menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menegaskan komitmen bersama terhadap perdamaian berkelanjutan, memberikan edukasi publik tentang pentingnya MoU Helsinki, serta merefleksikan capaian dan tantangan selama 20 tahun implementasi perjanjian.
Baca juga : Pidato Puan, Visi Prabowo, dan Gema Bung Karno: Interpretasi Narasi Politik di Sidang Tahunan MPR 2025
“MoU Helsinki menjadi solusi untuk mengakhiri konflik bersenjata yang berlangsung lebih dari 30 tahun. Sejak itu, pembangunan ekonomi syariah, infrastruktur, dan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan lebih baik,” jelasnya.
Jufliwan berharap peringatan ini menjadi momentum untuk memperkuat pelaksanaan syariat Islam yang inklusif dan berkelanjutan. Ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kedamaian demi mewujudkan Bireuen yang makmur, cerdas, damai, dan islami.
“Semoga apa yang kita laksanakan hari ini menjadi pengetahuan dan amal ibadah yang diridhai oleh Allah SWT,” tutup Jufliwan.
Melalui kegiatan ini, Bireuen menegaskan kembali komitmennya untuk menjaga perdamaian sebagai warisan berharga bagi generasi Aceh masa depan.
Pewarta : Jaulim Saran
