
RI News Portal. Sabang, 26 Juli 2025 – Pemerintah Kota Sabang kembali menyelenggarakan Festival Kuah Beulangong sebagai bagian dari komitmen pelestarian budaya dan pengembangan sektor pariwisata daerah. Kegiatan yang dipusatkan di halaman GOR Merah Putih ini diikuti oleh 18 gampong se-Kota Sabang, dengan antusiasme tinggi dari masyarakat serta kunjungan tamu internasional.
Wali Kota Sabang, Zulkifli H Adam, dalam sambutannya menekankan pentingnya mempertahankan tradisi kuliner sebagai salah satu pilar identitas budaya masyarakat Aceh, khususnya Sabang. “Tujuan utama dari Festival Kuah Beulangong ini, pertama untuk menunjang kegiatan wisata di Sabang. Yang kedua tentu untuk melestarikan budaya kita melalui sajian kuliner khas Aceh,” ujar Zulkifli.
Kuah Beulangong sendiri merupakan salah satu warisan kuliner Aceh yang identik dengan filosofi kebersamaan, karena biasanya dimasak dalam jumlah besar untuk kegiatan adat dan keagamaan. Keberadaan festival ini menjadi salah satu bentuk konkret revitalisasi budaya lokal yang sarat nilai sosial dan historis.

Kegiatan tahun ini tidak hanya berfokus pada aspek kuliner, tetapi juga memperluas jejaring sosial budaya melalui kehadiran rombongan tamu dari Malaysia. Rombongan ini berjumlah sekitar 50 orang dan turut memberikan 100 paket sembako kepada masyarakat, menunjukkan dimensi diplomasi budaya yang mengiringi kegiatan tersebut.
Dalam pernyataannya, Wali Kota Sabang juga menyampaikan apresiasi terhadap mantan Wali Kota Tengku Agam sebagai penggagas awal festival ini. “Kita patut berterima kasih kepada pendahulu kita yang telah memulai inisiatif ini. Festival Kuah Beulangong harus menjadi kegiatan berkelanjutan dan berkembang sebagai daya tarik wisata kuliner di Sabang,” tegasnya.
Baca juga : Tragedi Kebakaran di Cempaka Timur, Sungkai Jaya: Urgensi Respons Bencana di Tingkat Desa
Lebih jauh, pemerintah kota mendorong agar ke depan pengembangan festival tidak terbatas pada satu jenis kuliner, melainkan mencakup berbagai produk hasil laut yang menjadi potensi utama Sabang sebagai daerah maritim. “Sabang ini lautnya luas dan ikannya melimpah. Kita bisa kembangkan festival masakan ikan—seperti ikan asam keueng atau tumisan khas—sebagai bentuk ekspresi budaya dan strategi promosi wisata,” tambahnya.
Dari perspektif kebijakan pariwisata dan pelestarian budaya, Festival Kuah Beulangong mencerminkan pendekatan berbasis komunitas (community-based tourism) yang mengintegrasikan unsur budaya, ekonomi lokal, dan pelibatan masyarakat. Strategi ini selaras dengan kebijakan nasional dalam penguatan destinasi wisata berbasis kearifan lokal, sebagaimana diatur dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS).
Secara akademis, pelestarian kuliner tradisional melalui festival semacam ini memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan warisan budaya tak benda. Kuliner bukan hanya soal rasa, tetapi juga narasi sosial, identitas kolektif, dan instrumen soft diplomacy yang semakin diakui dalam studi-studi budaya dan hubungan antarbangsa.
Festival Kuah Beulangong 2025 di Sabang bukan sekadar acara tahunan, tetapi wujud nyata dari upaya menghidupkan kembali kekuatan budaya melalui medium yang paling universal: makanan. Dengan dukungan pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat, Sabang memperkuat posisinya sebagai simpul budaya dan destinasi wisata unggulan di ujung barat Indonesia.
Pewarta : Jaulim Saran
