
RI News Portal. Flores, 7 Juli 2025 — Gunung Lewotobi Laki-Laki di Pulau Flores kembali menunjukkan aktivitas vulkanik ekstrem dengan dua kali letusan dahsyat pada Senin (7/7/2025), menyemburkan material vulkanik hingga ketinggian 18 kilometer ke atmosfer. Letusan ini tidak hanya menggelapkan langit desa-desa sekitar, tetapi juga mengganggu lalu lintas udara internasional dan domestik.
Menurut Badan Geologi Indonesia, letusan pertama terjadi sekitar pukul 11.00 WITA dan merupakan yang tertinggi sejak erupsi besar pada November 2024 yang menewaskan sembilan orang. Letusan kedua terjadi pada malam harinya, sekitar pukul 19.30 WITA, menyemburkan awan panas dan lava hingga setinggi 13 kilometer. Kedua letusan ini memperkuat status Gunung Lewotobi pada tingkat Awas (Level IV), yang telah ditetapkan sejak 18 Juni 2025.
Observasi drone menunjukkan aktivitas magmatik yang signifikan, dengan lava mengisi kawah dan menyebabkan gempa-gempa vulkanik. Aliran awan panas sejauh lima kilometer dari kawah membawa campuran gas beracun, batu pijar, dan abu vulkanik yang berpotensi memicu bencana sekunder, terutama jika terjadi hujan deras yang dapat mengalirkan lahar ke daerah pemukiman.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat bahwa material vulkanik, termasuk kerikil seukuran ibu jari dan abu tebal, jatuh hingga delapan kilometer dari kawah dan menutupi rumah-rumah warga. Kepala PVMBG, Hadi Wijaya, mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi lahar hujan dan kemungkinan perluasan zona bahaya.
Dampak terhadap penerbangan langsung terasa. Setidaknya 24 penerbangan internasional dari dan ke Bali, termasuk tujuan Australia, Singapura, dan Korea Selatan dibatalkan, serta empat rute domestik lainnya mengalami gangguan. Meskipun demikian, Bandara Internasional Ngurah Rai tetap beroperasi normal karena awan abu belum memasuki ruang udara Bali, menurut juru bicara bandara, Ahmad Syaugi Shahab.
Baca juga : Trump-Netanyahu Bahas Gencatan Senjata Gaza dan Perdamaian Kawasan
Letusan kali ini diduga disebabkan oleh akumulasi energi akibat tersumbatnya saluran magma, yang mengurangi aktivitas seismik namun meningkatkan tekanan internal secara drastis. Fenomena ini menandai pola letusan eksplosif yang sulit diprediksi dan menambah kompleksitas dalam mitigasi risiko bencana.
Indonesia, dengan lebih dari 120 gunung api aktif dan posisinya di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), terus menghadapi tantangan mitigasi bencana geologi yang berulang. Sejarah menunjukkan bahwa letusan besar seperti Merapi pada 2010, yang menewaskan 353 orang, bukanlah hal asing di negara kepulauan ini. Oleh karena itu, peningkatan literasi kebencanaan, sistem peringatan dini berbasis data geospasial, serta kebijakan relokasi berbasis risiko menjadi kunci dalam upaya adaptasi jangka panjang.
Pewarta : Vie

