
RI News Portal. Wonogiri, 16 Juli 2025 – Warga Dusun Sanggrahan, Desa Hargantoro, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri, menggelar panen raya kunyit pada Selasa (8/7/2025). Kegiatan ini turut dihadiri Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno, sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah dalam mengoptimalkan potensi komoditas biofarmaka lokal.
Menurut Bupati Setyo, hasil panen kali ini diarahkan untuk memenuhi permintaan pasar di Jakarta dan kota-kota besar lain. “Hal ini menunjukkan potensi besar komoditas bagi petani lokal. Melalui panen raya ini diharapkan terjadi peningkatan produktivitas dan pendapatan petani serta terbukanya jalur pasokan ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya,” ujarnya, dikutip dari akun resmi @humas_wonogiri, Rabu (9/7/2025).
Data mencatat permintaan kunyit dari Jakarta pada 2024 mencapai 40 ton, menunjukkan tingginya kebutuhan pasar terhadap produk herbal. Momentum panen raya ini menjadi salah satu upaya strategis Pemkab Wonogiri dalam memperkuat ketahanan pangan berbasis tanaman rempah dan herbal.

Berdasarkan Kabupaten Wonogiri Dalam Angka 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Wonogiri merupakan salah satu sentra penghasil tanaman biofarmaka di Jawa Tengah dengan komoditas utama kunyit, jahe, lengkuas, dan kencur. Pada 2024, produksi kunyit mencapai 13.848,54 ton, mendominasi total produksi biofarmaka daerah ini.
Kecamatan Bulukerto menjadi penghasil kunyit terbesar, dengan produksi 6.747,629 ton, naik signifikan dari tahun sebelumnya sebesar 3.998,760 ton. Disusul Kecamatan Kismantoro dengan 2.800 ton, serta Sidoharjo 770,168 ton. Sebaliknya, Kecamatan Tirtomoyo—lokasi Dusun Sanggrahan—mengalami penurunan drastis, hanya menghasilkan 71,150 ton pada 2024, anjlok dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 862,700 ton.
Tanaman biofarmaka dikenal memiliki manfaat luas untuk industri obat-obatan, kosmetik, dan kesehatan, baik melalui pemanfaatan daun, batang, buah, umbi (rimpang), maupun akar. Namun, menurut Bupati Setyo, budi daya empon-empon seperti kunyit selama ini masih dilakukan secara tradisional tanpa perlakuan khusus, sehingga produktivitasnya kurang optimal.
Untuk meningkatkan nilai tambah, warga Dusun Sanggrahan mendapat pendampingan dari PT Biokonversi Indonesia yang fokus pada penerapan prinsip pertanian cerdas dan berkelanjutan. Program ini mencakup edukasi terkait teknik budi daya efektif, pengelolaan pascapanen, hingga penguatan rantai pasok ke pasar.
“Ada harapan besar bahwa program PT Biokonversi ini dapat berkembang, menyentuh dari hulu hingga hilir, seperti edukasi pascapanen, penyimpanan, dan pemasaran,” tegas Setyo.
Panen raya ini tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi melalui peningkatan pendapatan petani, tetapi juga memiliki dimensi sosial strategis dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan. Dengan mendorong budi daya tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan perawatan sederhana, pemerintah berharap kesejahteraan keluarga petani dapat meningkat secara berkelanjutan.
Menurut para ahli agribisnis, optimalisasi sektor biofarmaka dapat menjadi salah satu pilar ketahanan pangan sekaligus membuka peluang ekspor ke pasar global, sejalan dengan tren konsumsi herbal yang terus meningkat.
Pewarta : Nandar Suyadi
