
RI News Portal. Washington 2 Juli 2025 — Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mendapat sorotan setelah memutuskan menunda pengiriman sejumlah persenjataan penting ke Ukraina, termasuk rudal pertahanan udara Patriot dan artileri berpemandu presisi. Kebijakan ini diumumkan hanya beberapa pekan setelah Trump memerintahkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, yang sempat memicu kritik dari kalangan pendukung setianya.
Keputusan penundaan ini dinilai sebagai upaya Trump untuk menegaskan komitmennya pada janji kampanye America First yang menolak keterlibatan panjang Amerika dalam konflik luar negeri. Trump berulangkali menggambarkan perang Ukraina sebagai pemborosan dana rakyat AS.
“Presiden terpilih dengan platform America First untuk mengutamakan Amerika,” tegas juru bicara Pentagon Sean Parnell.

Langkah Trump langsung menuai pujian dari tokoh sayap kanan pendukung gerakan Make America Great Again (MAGA). Salah satunya Jack Posobiec yang menyebut keputusan tersebut sebagai bukti “America FIRST”.
Sementara itu, kalangan Partai Republik yang lebih hawkish justru mengkritik kebijakan tersebut. Mereka menilai penghentian bantuan militer ke Ukraina berisiko melemahkan posisi Kyiv di tengah serangan Rusia yang terus meningkat.
Anggota Kongres Michael McCaul menilai keputusan Trump berpotensi membuat Presiden Rusia Vladimir Putin semakin berani. “Sekaranglah waktunya menunjukkan kepada Putin bahwa kita serius. Itu dimulai dengan memastikan Ukraina punya senjata untuk menekan Putin ke meja perundingan,” tulisnya melalui platform X.
Baca juga : DPRD Klaten Bahas Raperda RAPBD Perubahan 2025: Fokus Kemandirian Daerah dan Pengentasan Kemiskinan
Trump sendiri telah berbicara melalui sambungan telepon dengan Putin, dalam percakapan keenam sejak dirinya kembali menjabat. Meski demikian, isu penghentian bantuan ke Ukraina dikabarkan tidak secara khusus dibahas.
Pemerintah AS menyebut penundaan ini sebagai bagian dari evaluasi menyeluruh atas stok persenjataan nasional, setelah lebih dari 70 miliar dolar AS dikucurkan ke Ukraina sejak perang pecah pada Februari 2022.
Kepala Kebijakan Pentagon Elbridge Colby menegaskan bahwa Amerika tidak memiliki kekuatan militer untuk menghadapi banyak perang sekaligus, sehingga perlu memprioritaskan kawasan Pasifik di tengah meningkatnya persaingan dengan Tiongkok.
Para analis kebijakan luar negeri memperingatkan bahwa ketergantungan Ukraina pada pasokan senjata AS dapat menjadi beban berkepanjangan. “Jika diteruskan, bantuan ini justru bisa mengancam kesiapan Amerika menghadapi krisis di masa depan,” kata Jennifer Kavanagh, peneliti senior Defense Priorities.
Penundaan bantuan ini juga memicu kekhawatiran di kalangan mitra Eropa. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berharap bisa berbicara langsung dengan Trump dalam waktu dekat untuk mencari solusi atas keputusan ini.
Pewarta : Setiawan S.TH
