
RI News Portal. Gaza, Palestina 07 Juni 2025 — Momentum suci Hari Raya Iduladha 1446 H yang seharusnya menjadi momen damai dan reflektif bagi umat Muslim di Jalur Gaza berubah menjadi tragedi kemanusiaan. Pada Jumat (6/6/2025), setidaknya 38 warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangkaian serangan udara dan artileri oleh militer Israel, menurut laporan Badan Pertahanan Sipil Gaza yang dikutip kantor berita AFP, Sabtu (7/6/2025).
Pejabat senior Badan Pertahanan Sipil Gaza, Mohammed al-Mughayyir, menyatakan bahwa korban jiwa tersebar di berbagai lokasi di Jalur Gaza. Dari jumlah tersebut, 11 orang tewas dalam satu serangan besar di Jabalia, wilayah padat penduduk di bagian utara Gaza yang telah lama menjadi titik konflik antara militer Israel dan kelompok bersenjata Palestina. Serangan ini terjadi sejak fajar Iduladha dan menyasar wilayah-wilayah yang dihuni warga sipil, termasuk tempat pengungsian.
Serangan pada Jumat itu bukan insiden tunggal. Sehari sebelumnya, Kamis (5/6/2025), serangan serupa menewaskan sedikitnya 10 orang. Juru bicara Badan Pertahanan Sipil, Mahmud Bassal, menyebut bahwa militer Israel menargetkan kawasan padat penduduk dan permukiman sipil di Khan Younis, Kota Gaza, serta Deir el-Balah — lokasi yang diketahui menjadi tempat perlindungan sementara bagi para pengungsi internal akibat konflik berkepanjangan.

Peningkatan agresi militer Israel selama hari-hari besar keagamaan memperkuat kritik dari komunitas internasional terkait pelanggaran prinsip-prinsip hukum humaniter internasional, khususnya Konvensi Jenewa 1949 yang menegaskan perlindungan terhadap penduduk sipil di zona konflik. Serangan terhadap wilayah sipil dan fasilitas pengungsi selama hari raya agama dapat diklasifikasikan sebagai pelanggaran serius terhadap hukum perang dan prinsip proporsionalitas dalam penggunaan kekuatan.
Situasi di Gaza sejak Oktober 2023 mengalami eskalasi yang signifikan setelah konflik bersenjata terbaru antara kelompok Hamas dan militer Israel. Blokade total, pemutusan pasokan listrik, makanan, dan air bersih semakin memperburuk kondisi kemanusiaan lebih dari dua juta penduduk Gaza yang terkepung.
Baca juga : BTS Rayakan Akhir Tugas Militer dengan Festival dan Pameran Seni Penggemar Global
Hingga saat ini, belum ada tanggapan tegas dari Dewan Keamanan PBB yang mampu menghentikan siklus kekerasan tersebut. Meskipun sejumlah negara dan lembaga internasional menyerukan gencatan senjata kemanusiaan dan pembukaan koridor bantuan, serangan terus berlangsung tanpa jeda yang berarti. Keengganan beberapa negara besar untuk mengutuk secara langsung agresi militer Israel menjadi salah satu penyebab kebuntuan diplomasi global.
Sementara itu, organisasi kemanusiaan internasional, termasuk Palang Merah dan UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina), menghadapi keterbatasan dalam mendistribusikan bantuan karena akses yang dibatasi dan situasi keamanan yang tidak menentu.
Tragedi Iduladha 1446 H di Gaza menandai titik krisis etika politik dan kemanusiaan global. Tewasnya puluhan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, pada hari yang mestinya menjadi simbol pengorbanan dan perdamaian, menunjukkan degradasi serius terhadap nilai-nilai universal hak asasi manusia.
Masyarakat internasional, komunitas akademik, dan institusi global perlu terus mengadvokasi penyelesaian damai yang adil dan mendorong akuntabilitas atas pelanggaran yang terjadi. Gaza tidak hanya menjadi arena konflik politik, tetapi juga cermin kegagalan kolektif dunia dalam menjaga martabat kemanusiaan.
Pewarta : Setiawan S.TH

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal