
RI News Portal. Wonogiri, 7 Juli 2025 — Sebuah tragedi kemanusiaan kembali mengemuka di Kabupaten Wonogiri. Seorang pria berinisial S (52), petani asal Desa Sambiharjo, Kecamatan Paranggupito, ditemukan meninggal dunia di dalam Luweng Rejoso, sebuah goa vertikal berkedalaman sekitar 50 meter yang terletak di Dusun Bogor, Desa Gudangharjo. Proses evakuasi berlangsung dramatis dan penuh tantangan, melibatkan tim gabungan dari Polres Wonogiri, BPBD, dan Tim SAR Kabupaten Wonogiri.
Kapolres Wonogiri AKBP Jarot Sungkowo, S.H., S.I.K., M.H., melalui Kasi Humas AKP Anom Prabowo, S.H., M.H., menjelaskan bahwa jasad korban pertama kali diketahui setelah seorang warga, Joko Purwanto, mencium bau menyengat di sekitar kawasan Luweng Rejoso. Saat ditelusuri, Joko menemukan sesosok mayat di dalam lubang dan segera melaporkannya ke Polsek Paranggupito.
Proses evakuasi yang dimulai pada pukul 13.00 WIB tersebut baru berhasil diselesaikan sekitar pukul 17.45 WIB. Medan terjal dan kedalaman Luweng membuat operasi penyelamatan menjadi sangat kompleks. Jenazah ditemukan dalam kondisi membusuk, mengindikasikan kematian telah terjadi sekitar lima hari sebelumnya, sebagaimana ditegaskan oleh pemeriksaan medis dari Puskesmas Paranggupito.

Pihak keluarga menyatakan bahwa korban telah lama mengalami depresi berat, terutama sejak mengalami perpisahan dengan istrinya pada Maret 2023. Sejak itu, korban memilih tinggal menyendiri di sebuah gubug sederhana dekat lokasi Luweng, dan hanya bergantung pada bekal makanan yang dikirimkan oleh sang ibu. Namun, dalam beberapa hari terakhir, bekal tersebut tidak pernah diambil, menandakan sesuatu yang tidak biasa.
Keluarga korban menduga kuat bahwa S mengakhiri hidupnya dengan cara melompat ke dalam Luweng. Meski begitu, mereka menganggap peristiwa ini sebagai musibah dan secara resmi menolak autopsi lanjutan.
Peristiwa ini membuka kembali urgensi akan perhatian publik dan negara terhadap isu kesehatan mental, khususnya di wilayah pedesaan. Dalam konteks sosiologis dan psikologis, keterasingan sosial yang dialami korban merupakan refleksi dari lemahnya sistem pendampingan psikososial di masyarakat akar rumput.
Polres Wonogiri, melalui AKP Anom Prabowo, mengimbau agar masyarakat meningkatkan kepedulian sosial terhadap anggota keluarga atau tetangga yang menunjukkan gejala depresi, stres berat, atau kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial. Pendekatan komunitas dan keterlibatan lintas sektor dinilai krusial dalam mencegah tragedi serupa.
Tragedi Luweng Rejoso tidak hanya menjadi catatan duka, tetapi juga pengingat bahwa isu kesehatan mental bukanlah perkara individual semata, melainkan tanggung jawab kolektif yang harus dijaga bersama oleh keluarga, masyarakat, dan negara.
Pewarta : Nandang Bramantyo

