
RI News Portal. KYIV — Ibu kota Ukraina, Kyiv, memasuki masa berkabung resmi pada Jumat (1/8), sehari setelah serangan udara besar-besaran oleh Rusia menewaskan sedikitnya 31 orang, termasuk lima anak-anak, serta melukai lebih dari 150 lainnya. Menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, korban termuda dalam serangan itu baru berusia dua tahun, dan 16 dari korban luka adalah anak-anak.
Serangan hari Kamis menjadi salah satu yang paling mematikan di Kyiv sejak invasi Rusia dimulai, dan tercatat sebagai serangan dengan jumlah korban anak tertinggi sejak gelombang serangan udara terhadap kota itu dimulai pada Oktober 2022. Serangan tersebut menghancurkan sebagian besar bangunan apartemen sembilan lantai, dan merusak lebih dari 100 bangunan lain, termasuk rumah, sekolah, taman kanak-kanak, fasilitas kesehatan, dan universitas.
Pihak berwenang mengatakan bahwa jumlah korban bisa terus bertambah karena tim penyelamat masih melakukan evakuasi dan pencarian korban di bawah puing-puing. Sementara itu, Rusia terus menggencarkan serangan ke wilayah sipil di berbagai kota Ukraina, meskipun mendapat kecaman dari para pemimpin Barat, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang beberapa kali menyerukan penghentian serangan terhadap penduduk sipil.

Presiden Zelenskyy menuduh Rusia berusaha menebar teror dan melemahkan semangat rakyat Ukraina melalui taktik penghancuran terhadap infrastruktur sipil. Ia mencatat bahwa sepanjang bulan Juli saja, Rusia telah meluncurkan lebih dari 5.100 bom luncur, 3.800 drone Shahed, dan hampir 260 rudal—termasuk 128 rudal balistik—ke berbagai wilayah Ukraina.
Zelenskyy kembali menyerukan kepada negara-negara dunia untuk memberlakukan sanksi ekonomi yang lebih keras terhadap Rusia, karena upaya perdamaian yang dimotori Amerika Serikat belum menunjukkan hasil nyata. Ia menyatakan bahwa sanksi ekonomi tetap memberikan dampak dan perlu ditingkatkan, meski Kremlin menyangkal efektivitasnya.
Pernyataan Zelenskyy itu muncul sehari setelah Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat berencana menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia, namun menyangsikan apakah Presiden Rusia Vladimir Putin akan terpengaruh. Sebelumnya, Trump sempat memberi batas waktu hingga 8 Agustus agar Rusia menghentikan serangan dan menyetujui perjanjian damai, namun Kremlin belum menunjukkan sinyal perubahan sikap.
Baca juga : Utusan AS Kunjungi Lokasi Distribusi Bantuan di Gaza yang Dikecam Sebagai “Ladang Pembantaian”
Putin sendiri menegaskan bahwa syarat-syarat yang diajukan Moskow untuk gencatan senjata jangka panjang masih berlaku, dan Rusia hanya akan menerima penyelesaian damai jika sesuai dengan ketentuan yang mereka tetapkan. Ia juga menyebut bahwa perundingan terakhir di Istanbul belum menunjukkan kemajuan, meskipun pertukaran tahanan berhasil dilakukan.
Dalam pernyataan yang dinilai mengancam oleh banyak pihak, Putin mengungkap bahwa Rusia telah memulai produksi rudal hipersonik terbaru dengan kecepatan hingga Mach 10 dan kemampuan menembus sistem pertahanan udara. Rudal tersebut diyakini dapat membawa hulu ledak ganda dan mengubah medan perang secara signifikan.
Ukraina pun segera menyerukan sidang darurat Dewan Keamanan PBB untuk menekan Rusia agar menyetujui gencatan senjata total, segera, dan tanpa syarat. Di sisi lain, situasi di medan tempur juga semakin genting, khususnya di kota Chasiv Yar, wilayah Donetsk, yang menjadi sasaran serangan darat intensif dari pasukan Rusia.
Meski Rusia mengklaim telah menguasai kota tersebut, Presiden Zelenskyy membantah dan menyatakan bahwa pasukan Ukraina masih mempertahankan posisi meski dalam tekanan berat. Namun, lembaga riset Institute for the Study of War menyebut bahwa pertahanan Ukraina di kota strategis itu makin melemah, dan kejatuhannya dapat membuka jalan bagi serangan Rusia ke kota-kota benteng utama di kawasan Donbas.
Dalam upaya membalas, Ukraina terus melancarkan serangan jarak jauh ke wilayah belakang Rusia menggunakan drone untuk menyasar jalur logistik, depot minyak, dan gudang senjata. Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menembak jatuh 60 drone Ukraina pada malam sebelumnya, sebagian besar di wilayah Belgorod. Sementara itu, Angkatan Udara Ukraina menyatakan berhasil menembak jatuh 44 dari 72 drone Rusia yang diluncurkan pada malam yang sama, tanpa laporan korban atau kerusakan besar.
Ketegangan yang terus meningkat ini menandakan bahwa harapan akan gencatan senjata masih jauh dari kenyataan, sementara warga sipil terus menjadi korban utama dari konflik yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Pewarta : Setiawan Wibisono
