
RI News Portal. Teheran, Iran 30 Juni 2025 — Serangan udara Israel pada 23 Juni lalu menghantam Penjara Evin di Teheran, fasilitas terkenal yang selama ini digunakan untuk menahan para tahanan politik dan pembangkang. Sedikitnya 71 orang dilaporkan tewas dalam serangan ini, termasuk pegawai penjara, tentara, narapidana, serta anggota keluarga yang tengah berkunjung.
Data tersebut diungkap oleh juru bicara kehakiman Iran, Asghar Jahangir, melalui kantor berita resmi Mizan. Kelompok Human Rights Activists in Iran, yang berbasis di Washington, mencatat bahwa di antara korban tewas terdapat 35 pegawai dan dua narapidana, serta beberapa warga sipil yang berada di sekitar lokasi penjara saat serangan terjadi.
Serangan itu memicu kecaman dari kelompok hak asasi manusia internasional. Pusat Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di New York menilai serangan tersebut melanggar prinsip pemisahan target sipil dan militer karena Penjara Evin juga menampung banyak tahanan sipil.

Serangan ke penjara ini terjadi hanya sehari sebelum gencatan senjata antara Israel dan Iran mulai diberlakukan. Pemerintah Israel menyebut serangan tersebut sebagai bagian dari operasi militer terhadap “target rezim dan badan penindasan pemerintah” di pusat kota Teheran.
Namun, peristiwa ini sempat tertutupi oleh kabar serangan balasan Iran ke pangkalan militer Amerika Serikat di Qatar di hari yang sama, meski tidak menimbulkan korban jiwa, serta pengumuman dimulainya gencatan senjata.
Dalam konflik 12 hari sebelumnya, Israel mengklaim telah menewaskan sedikitnya 30 komandan militer Iran, 11 ilmuwan nuklir, serta menghancurkan delapan fasilitas terkait nuklir dan lebih dari 700 infrastruktur militer. Laporan kelompok HAM menyebut jumlah korban tewas dalam serangan Israel mencapai lebih dari 1.000 orang, termasuk ratusan warga sipil.
Baca juga : Solar Subsidi Dijarah, Wartawan di Intimidasi dan Dikebiri, Ini Bom Waktu Penegakan Hukum di Tegal
Sebagai pembalasan, Iran menembakkan lebih dari 550 rudal balistik ke wilayah Israel, yang sebagian besar berhasil dicegat, meskipun menimbulkan kerusakan dan menewaskan sedikitnya 28 orang.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, melalui surat kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa, meminta agar PBB mengakui Israel dan Amerika Serikat sebagai pihak yang memulai agresi, dan menuntut kompensasi atas kerugian yang diderita rakyat Iran.

Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Abdolrahim Mousavi, menyatakan pihaknya siap menghadapi kemungkinan serangan mendadak dari Israel di masa mendatang jika gencatan senjata gagal dipatuhi.
Di tengah situasi ini, masa depan program nuklir Iran masih menjadi tanda tanya. Presiden AS Donald Trump menyebut pihaknya telah “menghancurkan” program nuklir Iran, tetapi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan kerusakan program nuklir Iran tidak bersifat total, dan kemampuan teknologinya masih bisa dipulihkan jika diinginkan.
Pewarta : Setiawan S.TH
