
RI News Portal. Dubai, Uni Emirat Arab 5 Juli 2025 — Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menyerang fasilitas nuklir Iran menandai perubahan tajam dalam kebijakan luar negerinya. Serangan ini, yang dilancarkan dengan bom penembus bunker dari pesawat siluman B-2 serta rudal jelajah Tomahawk dari kapal selam, dinilai para analis sebagai sinyal kuat bahwa AS siap menggunakan kekuatan militer, sekalipun sebelumnya Trump berjanji menghindari perang di luar negeri.
Serangan pada 22 Juni itu menargetkan tiga lokasi nuklir di Iran di tengah negosiasi antara Washington dan Teheran, memicu balasan simbolis Iran ke pangkalan AS di Qatar keesokan harinya, meski tidak menimbulkan korban jiwa. Gencatan senjata antara Israel dan Iran kemudian tercapai pada 24 Juni, mengakhiri perang 12 hari.
Meskipun dianggap berhasil secara taktis, langkah Trump menuai reaksi keras dari sejumlah negara. Presiden Rusia Vladimir Putin mengecamnya sebagai “agresi tanpa provokasi,” sementara China menilai serangan itu melanggar hukum internasional dan memperburuk ketegangan di Timur Tengah. Korea Utara pun menganggap serangan tersebut mencederai integritas teritorial negara berdaulat.

Menurut Duyeon Kim, analis senior di Center for a New American Security, keputusan Trump untuk menyerang justru berpotensi memperkuat citranya di Asia-Pasifik, termasuk di mata Korea Utara dan China. “Serangan ini menunjukkan bahwa Trump tidak ragu menggunakan kekuatan militer, dan itu mengirim pesan tegas,” katanya.
Para analis menilai bahwa negara-negara seperti Korea Utara akan menilai kembali pendekatan Trump, yang semula dianggap cenderung menghindari risiko. Namun demikian, muncul pula kekhawatiran bahwa Iran akan semakin berupaya membangun senjata nuklirnya sebagai penangkal di masa depan, yang justru berpotensi menyeret AS dalam konflik berkepanjangan.
Euan Graham, analis di Australian Strategic Policy Institute, menilai langkah Trump dapat dipandang positif oleh sekutu AS di Pasifik bila terbukti mampu memulihkan efek penangkal tanpa mengalihkan fokus strategis dari kawasan Indo-Pasifik. “China akan mencatat bahwa Trump bersedia menggunakan kekuatan, meskipun secara oportunistik,” tegasnya.
Di pihak lain, China juga diyakini akan mengaitkan serangan ini dengan Taiwan. Beijing menilai penggunaan kekuatan oleh AS bisa menjadi cermin kemungkinan respons AS apabila Taiwan diserang, meskipun posisi resmi Washington terhadap Taiwan tetap bersifat “ambiguitas strategis”.
Drew Thompson dari RSIS Singapura menilai serangan ini menegaskan sulitnya memprediksi tindakan Trump. “Serangan udara ke fasilitas nuklir Iran mengejutkan banyak pihak dan menunjukkan toleransi risiko yang cukup tinggi,” ujarnya.
Di Taiwan sendiri, Presiden Lai Ching-te akhir-akhir ini semakin menegaskan ancaman dari China dalam pidato-pidatonya, yang dinilai bisa semakin berani setelah melihat langkah militer AS terhadap Iran. Hal ini memunculkan kekhawatiran Taiwan mungkin mencoba memperkuat efek penangkal terhadap China dengan memanfaatkan keberanian AS menggunakan kekuatan.

Presiden Donald Trump, kiri, bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di sisi perbatasan Korea Utara di desa Panmunjom di Zona Demiliterisasi, 30 Juni 2019.
Lyle Goldstein dari Defense Priorities memperingatkan bahwa sikap Taiwan tersebut berpotensi memicu krisis baru di Selat Taiwan. “Langkah itu sangat berisiko, karena dapat menimbulkan ketegangan lebih besar dengan Beijing,” ujarnya.
Sementara itu, Korea Utara diperkirakan akan bersikap lebih pasif dalam bernegosiasi dengan Washington setelah menyaksikan serangan AS di tengah perundingan dengan Iran, karena khawatir dialog justru bisa menjadi alasan bagi AS untuk melakukan tindakan militer.
Secara keseluruhan, serangan Amerika ke Iran diyakini akan berdampak panjang pada kalkulasi strategis negara-negara Asia-Pasifik. Bagi Trump, aksi militer ini mungkin menjadi pertaruhan politik dan diplomatik, yang efeknya tidak hanya dirasakan di Timur Tengah, tetapi juga di kawasan Asia yang kini menjadi panggung persaingan kekuatan besar.
Pewarta : Setiawan Wibisono S.TH

