RI News Portal. Semarang, 10 November 2025 – Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng) menyelenggarakan Upacara Peringatan Hari Pahlawan ke-80 pada Senin pagi, 10 November 2025, di Lapangan Upacara Mapolda Jateng. Acara yang melibatkan sekitar 250 personel perwakilan dari berbagai satuan kerja ini tidak hanya menjadi seremoni rutin, tetapi juga platform refleksi mendalam bagi institusi kepolisian untuk mengintegrasikan nilai-nilai kepahlawanan historis ke dalam praktik penegakan hukum kontemporer.
Dipimpin oleh Wakil Kepala Polda Jateng Brigjen Pol Latif Usman sebagai Inspektur Upacara—mewakili Kapolda Jateng Irjen Pol Ribut Hari Wibowo—upacara berlangsung dengan protokol khidmat: pengibaran bendera Merah Putih, mengheningkan cipta, pembacaan Pancasila, serta kutipan Pembukaan UUD 1945. Elemen-elemen ini memperkuat narasi kontinuitas perjuangan nasional, di mana polisi sebagai aparat negara diposisikan sebagai penerus estafet kepahlawanan.
Inti acara terletak pada pembacaan amanat Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf oleh Brigjen Pol Latif Usman. Amanat tersebut menyoroti evolusi bentuk perjuangan dari era kolonial ke masa kini. “Perjuangan hari ini tidak lagi dengan bambu runcing, melainkan dengan ilmu, empati, dan pengabdian tulus. Namun semangatnya tetap sama, yakni membela yang lemah, memperjuangkan keadilan, dan memastikan tidak ada satu pun anak bangsa yang tertinggal dari arus kemajuan,” demikian kutipan yang disampaikan.

Analisis lebih lanjut terhadap amanat ini mengungkap tiga pilar kepahlawanan yang direkomendasikan untuk diadopsi oleh penegak hukum:
- Kesabaran sebagai Fondasi Strategis: Konsep ini menekankan pentingnya pendekatan metodis dalam akuisisi pengetahuan, perencanaan operasional, pembangunan koalisi internal, dan pengambilan keputusan yang menghindari impulsivitas—sebuah adaptasi dari ketabahan pahlawan revolusi dalam menghadapi ketidakpastian.
- Prioritas Kepentingan Kolektif: Kehormatan sejati bagi aparat tidak terletak pada hierarki jabatan, melainkan pada dampak tangible terhadap masyarakat, yang selaras dengan prinsip gotong royong dalam konteks penegakan hukum modern.
- Visi Jangka Panjang: Tugas kepolisian harus diorientasikan pada warisan generasi mendatang, dengan pengabdian sebagai bentuk ibadah dan keteguhan dalam menjaga supremasi hukum serta stabilitas sosial.
Pembacaan amanat ini juga menghubungkan semangat kepahlawanan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, yang mencakup penguatan ketahanan nasional, akses pendidikan merata, keadilan sosial, dan pengembangan sumber daya manusia yang holistik. Integrasi ini menandakan upaya institusional untuk menyelaraskan agenda nasional dengan operasional harian polisi, terutama di wilayah Jawa Tengah yang heterogen secara demografis dan ekonomis.
Menutup pidatonya, Brigjen Pol Latif Usman menyerukan aksi kolektif: “Kini giliran kita menjaga agar api perjuangan itu tidak pernah padam. Caranya dengan bekerja lebih keras, berpikir lebih jernih, dan melayani lebih tulus.” Ajakan ini mencerminkan komitmen Polda Jateng untuk mentransformasikan retorika kepahlawanan menjadi indikator kinerja, dengan slogan “Pahlawanku Teladanku” sebagai katalisator motivasi internal.
Dari perspektif akademis, upacara ini dapat dilihat sebagai studi kasus tentang bagaimana institusi publik memanfaatkan memori kolektif untuk memperkuat legitimasi dan kohesi internal. Di tengah tantangan kontemporer seperti polarisasi sosial dan dinamika keamanan digital, penekanan pada empati dan visi jauh ke depan menawarkan kerangka etis yang relevan untuk reformasi kepolisian. Hal ini juga menggarisbawahi peran polisi tidak sekadar sebagai penegak aturan, tetapi sebagai agen perubahan sosial yang inklusif.
Polda Jateng menyatakan kesiapan untuk terus berkontribusi pada keamanan dan ketertiban masyarakat Jawa Tengah, dengan semangat perjuangan sebagai energi utama dalam setiap inisiatif pengabdian.
Pewarta: Nandang Bramantyo

