
RI News Portal. Jakarta, 7 Juni 2025 – Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG mencatat penggunaan bahan bakar dan bahan baku alternatif mencapai dua juta ton sepanjang 2024 sebagai bagian dari strategi pengurangan emisi karbon dari sektor industri semen. Langkah ini mencerminkan komitmen perusahaan dalam mendukung agenda pembangunan berkelanjutan dan target Net Zero Emission 2050 melalui penerapan prinsip ekonomi sirkular.
Dari total tersebut, sekitar 0,5 juta ton merupakan bahan bakar alternatif yang berhasil meningkatkan rasio substitusi energi panas atau thermal substitution rate (TSR) menjadi 7,56 persen, naik dari 7,27 persen pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini dinilai sebagai capaian signifikan dalam upaya dekarbonisasi sektor manufaktur yang dikenal sebagai salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar secara global.
Corporate Secretary Semen Indonesia, Vita Mahreyni, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (6/6), menjelaskan bahwa emisi karbon dari produksi semen Portland Composite Cement (PCC) milik SIG saat ini berada pada level 494 kg CO₂ per ton semen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata emisi dari semen konvensional yang berada pada kisaran 800 kg CO₂ per ton semen. “Emisi karbon produk PCC SIG tercatat 38 persen lebih rendah dibandingkan semen konvensional,” ujar Vita.

Pemanfaatan bahan bakar alternatif berasal dari berbagai sumber, termasuk biomassa, limbah industri, dan sampah kota yang diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF). RDF merupakan bahan bakar padat hasil pengolahan limbah domestik tak terurai, yang telah menjadi fokus beberapa daerah dalam menangani permasalahan timbunan sampah perkotaan dan keterbatasan lahan tempat pembuangan akhir (TPA).
Inisiatif SIG mencerminkan adopsi prinsip ekonomi sirkular, yang mengedepankan pemanfaatan kembali sumber daya dalam siklus produksi untuk mengurangi limbah dan polusi lingkungan. “Sampah dan limbah yang tidak dikelola dengan baik berpotensi merusak lingkungan serta menimbulkan dampak kesehatan bagi masyarakat. Namun dengan pendekatan sirkular, limbah dapat dikonversi menjadi energi atau bahan baku bernilai,” jelas Vita.
SIG juga memanfaatkan limbah industri sebagai bahan baku alternatif, antara lain copper slag (limbah padat tembaga), fly ash dan bottom ash dari pembakaran batu bara, serta paper sludge dari industri kertas. Strategi ini bukan hanya mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam, tetapi juga mendukung industri lain dalam mengelola limbahnya secara lebih bertanggung jawab.
Dalam konteks kebijakan lingkungan nasional, pendekatan SIG sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon, serta peta jalan pengurangan emisi sektor industri dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia. Komitmen ini juga menunjukkan kesiapan sektor BUMN untuk menjadi aktor utama dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon.
“Sebagai perusahaan yang memiliki kemampuan dan pengalaman, SIG siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk berkontribusi dalam pencapaian Net Zero Emission 2050 melalui penerapan prinsip ekonomi sirkular,” tambah Vita.
Upaya dekarbonisasi industri melalui pemanfaatan RDF dan bahan baku alternatif perlu mendapat dukungan kebijakan lintas sektor, termasuk insentif fiskal dan regulasi yang mendorong inovasi energi bersih. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengkaji dampak jangka panjang dari substitusi bahan dan energi terhadap kualitas produk semen, kesehatan lingkungan, serta kontribusinya terhadap ketahanan energi nasional.
Pewarta : Yogi Hilmawan

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal