RI News Portal. Jatipurno, 12 Desember 2025 – Upaya preventif kepolisian dalam menekan kasus perundungan (bullying) di lingkungan pendidikan daselanjutnya digencarkan Polres Wonogiri melalui program sosialisasi yang menyasar anak usia dini. Jumat pagi ini, Unit Pembinaan Masyarakat (Binmas) Polsek Jatipurno menggelar kegiatan edukasi pencegahan bullying dan kekerasan seksual di sebuah madrasah ibtidaiah di wilayah Kecamatan Jatipurno.
Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 07.30 WIB itu dipimpin langsung Kanit Binmas Aiptu Mustafa Sri Agung. Sebanyak ratusan siswa kelas I sampai VI serta puluhan guru dan staf pengajar menjadi peserta aktif dalam forum dialogis tersebut. Pendekatan yang digunakan sengaja dibuat interaktif dengan bahasa sederhana, tanya-jawab, dan simulasi kasus agar materi dapat terserap optimal oleh anak-anak usia 6–12 tahun.
“Dampak bullying tidak hanya fisik, tapi juga psikologis jangka panjang. Anak yang menjadi korban sering mengalami penurunan prestasi, rasa takut ke sekolah, hingga gangguan mental di masa dewasa,” ungkap Aiptu Mustafa dalam paparannya.

Materi yang disampaikan mencakup definisi bullying beserta ancaman sanksi pidana berdasarkan UU Perlindungan Anak, berbagai bentuk kekerasan seksual yang mungkin terjadi di lingkungan sekolah, ciri-ciri perilaku perundungan baik fisik maupun verbal, serta pola kenakalan remaja yang kerap menjadi pemicu konflik antarpeserta didik.
Salah satu guru kelas V yang enggan disebutkan namanya mengaku terkesan dengan metode penyampaian petugas. “Biasanya anak-anak cepat bosan kalau hanya ceramah. Hari ini mereka antusias bertanya dan bahkan berani menceritakan pengalaman teman mereka yang pernah dirundung. Ini membuka mata kami bahwa masalah ini lebih dekat dari yang kita kira,” ujarnya.
Kepala Resor Polisi Wonogiri AKBP Wahyu Sulistyo menegaskan bahwa pendekatan pencegahan berbasis sekolah merupakan prioritas strategis institusinya. Melalui Kasihumas AKP Anom Prabowo, Kapolres menyampaikan bahwa fungsi pembinaan masyarakat (binmas) akan terus diperluas ke seluruh jenjang pendidikan di Kabupaten Wonogiri.
“Data nasional menunjukkan angka kekerasan anak di lingkungan pendidikan masih cukup tinggi. Polri tidak ingin hanya bereaksi setelah terjadi kasus, tetapi hadir sebagai mitra preventif sejak dini,” kata AKP Anom.
Ia menambahkan, sepanjang tahun 2025 Polres Wonogiri telah mengunjungi lebih dari 60 lembaga pendidikan, mulai dari PAUD hingga SMA/sederajat, dengan materi serupa. Program ini juga dikolaborasikan dengan Dinas Pendidikan setempat serta psikolog anak untuk memperkaya substansi penyuluhan.
Para pendidik di madrasah setempat berharap kegiatan serupa dapat dijadwalkan secara berkala, setidaknya dua kali dalam satu tahun ajaran. Mereka menilai kehadiran aparat secara langsung memberikan efek jera sekaligus rasa aman bagi siswa yang selama ini mungkin segan melapor kepada guru atau orang tua.
Dengan semakin masifnya program edukasi ini, Polres Wonogiri optimistis angka kasus bullying dan kekerasan seksual di satuan pendidikan wilayah hukumnya dapat terus menurun, sekaligus membentuk generasi muda yang lebih empati dan berani melawan segala bentuk diskriminasi sejak usia dini.
Pewarta : Nandang Bramantyo

