RI News Portal. Jakarta, 7 November 2025 – Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2025 sebesar 5,04 persen (year-on-year) mencerminkan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang efektif, didukung koordinasi intensif antara fiskal, moneter, dan sektor keuangan. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa APBN tidak hanya menjaga daya beli masyarakat, tetapi juga meningkatkan daya saing dunia usaha di panggung global.
Dalam analisis akademis, pertumbuhan ini menandai ketahanan ekonomi domestik di tengah volatilitas global. Penempatan kas negara senilai Rp200 triliun secara prudent memastikan likuiditas yang memadai, sementara dukungan nonfiskal melalui mekanisme debottlenecking mempercepat realisasi investasi berkelanjutan. “APBN berfungsi sebagai penyangga utama, dengan fokus pada efisiensi alokasi sumber daya untuk mendorong ekspansi produktif,” ujar Purbaya dalam pernyataan resminya.
Dari perspektif lapangan kerja, momentum ini menghasilkan penambahan 1,9 juta kesempatan kerja baru. Jumlah pengangguran menurun tipis sebanyak 4 ribu orang menjadi 7,46 juta jiwa dibandingkan Agustus 2024, sehingga tingkat pengangguran terbuka (TPT) merosot dari 4,91 persen menjadi 4,85 persen pada Agustus 2025. Penurunan ini, meski moderat, menunjukkan distribusi manfaat pertumbuhan yang mulai merata, terutama di sektor formal.

Permintaan domestik tetap menjadi pilar utama. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,89 persen (yoy), didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat, ekspansi transaksi digital, dan intervensi kebijakan pemerintah. Sementara itu, konsumsi pemerintah melonjak 5,49 persen, dengan belanja barang naik 19,3 persen dan belanja pegawai 9,0 persen. Langkah ini merepresentasikan komitmen fiskal untuk mempercepat penyerapan anggaran guna menopang daya beli dan stabilitas makro.
Investasi, diukur melalui Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), mencatat pertumbuhan 5,04 persen (yoy). Keyakinan pelaku usaha terhadap prospek nasional, ditopang iklim usaha yang stabil, menjadi katalisator utama. Di sisi eksternal, ekspor barang dan jasa riil melonjak 9,91 persen (yoy), berkat penguatan industri domestik, permintaan dari mitra dagang utama, dan daya saing produk berbasis nilai tambah.
Dari sisi produksi, sektor industri pengolahan menunjukkan pertumbuhan solid, terutama pada subsektor strategis berorientasi hilirisasi. Analisis ini selaras dengan tren global di mana komoditas olahan semakin mendominasi ekspor, mengurangi ketergantungan pada bahan mentah. Faktor pendorong meliputi permintaan domestik yang kuat dan adaptasi teknologi untuk efisiensi produksi.
Baca juga : Revitalisasi Pendidikan di Blora: Alokasi APBN Rp62,4 Miliar Jangkau 66 Sekolah, Tertinggi di Jawa Tengah
Menjelang triwulan IV, pemerintah mengalokasikan stimulus Rp34,2 triliun dan delapan program akselerasi senilai Rp15,7 triliun. Peran Danantara dalam menggalang partisipasi swasta, serta pembentukan Satuan Tugas Percepatan Program Strategis Pemerintah (Satgas P2SP), diharapkan memperkuat investasi dan ekspor bernilai tambah tinggi.
Dengan data terkini, pemerintah optimistis mencapai target tahunan 5,2 persen. Sinergi fiskal sebagai enabler ekonomi, dikombinasikan kebijakan nonfiskal untuk iklim usaha, menjadi kunci. “Kami mendorong akselerasi mesin pertumbuhan melalui fiskal sehat, sektor keuangan stabil, dan investasi inklusif. Tujuannya bukan sekadar pertumbuhan tinggi, melainkan stabil dan merata untuk kesejahteraan berkelanjutan,” tutup Purbaya.
Dalam konteks akademis, pertumbuhan ini menegaskan pentingnya koordinasi lintas otoritas untuk mitigasi risiko eksternal, seperti fluktuasi harga komoditas dan gejolak geopolitik. Keberhasilan ini dapat menjadi model bagi negara berkembang dalam mengelola transisi pasca-pandemi menuju ekonomi resilien.
Pewarta : Setiawan Wibisono

