
RI News Portal. Padang, 7 Juli 2025 — Pemerintah Kota Pariaman mengerahkan sumber daya secara intensif untuk melakukan pembersihan menyeluruh usai pelaksanaan Festival Hoyak Tabuik 2025 yang berlangsung selama 10 hari, berakhir pada Minggu, 6 Juli 2025. Upaya pembersihan dimulai segera setelah prosesi puncak festival selesai dan massa pengunjung membubarkan diri.
Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup (Perkim LH) Kota Pariaman, Fery Handry, menyebutkan bahwa total volume sampah yang terkumpul sepanjang kegiatan mencapai 485 ton. Angka tersebut mencerminkan rata-rata sekitar 45 ton sampah per hari, dengan puncak mencapai 80 ton pada hari terakhir festival.
“Begitu acara selesai, tim kami langsung bergerak membersihkan seluruh area yang menjadi lokasi kegiatan. Tidak hanya di kawasan Tugu Tabuik, tetapi juga sepanjang Pantai Gandoriah dan ruas-ruas jalan yang dilalui pengunjung,” jelas Fery pada Senin (7/7/2025).

Pembersihan massal ini melibatkan tidak hanya petugas Dinas Lingkungan Hidup, tetapi juga seluruh pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Pariaman yang turun langsung bergotong royong sejak Senin pagi. Langkah ini diambil sebagai bentuk tanggung jawab bersama dalam menjaga kebersihan dan memulihkan kondisi lingkungan setelah festival yang menghadirkan ribuan wisatawan tersebut.
Fery menambahkan bahwa pihaknya mengerahkan tiga unit truk sampah untuk mengangkut limbah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, ia mengimbau agar masyarakat senantiasa meningkatkan kesadaran dalam menjaga kebersihan, terutama saat menghadiri even-even berskala besar seperti Festival Hoyak Tabuik.
Baca juga : Bupati Simalungun Dorong Sinergi GKPS dalam Sosialisasi Bahaya Narkoba
“Kami berharap partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan semakin meningkat ke depan. Festival ini milik kita bersama, dan tanggung jawab merawat lingkungan juga menjadi tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Festival Hoyak Tabuik sendiri merupakan tradisi budaya religius masyarakat Pariaman yang telah menjadi magnet wisata tahunan. Namun demikian, tingginya kunjungan wisatawan berimplikasi pada meningkatnya volume sampah, sehingga memerlukan koordinasi dan penanganan kebersihan yang komprehensif.
Fenomena ini mencerminkan tantangan umum dalam penyelenggaraan event wisata budaya di Indonesia, di mana aspek pengelolaan lingkungan harus menjadi prioritas beriringan dengan upaya pelestarian budaya dan promosi pariwisata. Pemerintah daerah diharapkan terus memperkuat edukasi publik terkait perilaku bijak dalam membuang sampah, sebagai bagian dari praktik pembangunan berkelanjutan berbasis kearifan lokal.
Pewarta : Sami S

