
RI News Portal. Semarang, 8 Juni 2025 — Dinas Pertanian Kota Semarang melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan hewan kurban pasca-penyembelihan (post mortem) di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Minggu (8/6/2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari prosedur standar dalam menjamin kelayakan konsumsi daging kurban dan mencegah potensi gangguan kesehatan masyarakat, khususnya menjelang distribusi daging ke penerima manfaat.
Dokter hewan dari Dinas Pertanian Kota Semarang, drh. Irene Titin Kartika, mengungkapkan bahwa pemeriksaan post mortem difokuskan pada organ dalam seperti hati, paru-paru, dan limpa. Pemeriksaan ini bertujuan menilai apakah bagian-bagian tersebut layak dikonsumsi atau harus dimusnahkan.
“Biasanya fokus di organ-organ dalam yang sudah dikeluarkan seperti hati, paru, limpa untuk melihat kelayakannya. Untuk menilai kelayakannya apakah dibagikan atau dimusnahkan,” ujarnya.
Menurut drh. Irene, salah satu temuan yang kerap dijumpai adalah infeksi cacing hati (Fasciola hepatica). Meski penyakit ini tidak menular ke manusia, namun daging atau organ yang terinfeksi dianggap kurang layak konsumsi dari sisi keamanan pangan. Oleh karena itu, organ hati yang terdeteksi mengandung cacing harus dipisahkan dan dimusnahkan dengan cara dikubur, untuk mencegah potensi pencemaran atau kesalahan distribusi.

Lebih lanjut, drh. Irene menyarankan agar proses pengemasan daging dan organ dalam dilakukan secara terpisah. Hal ini bertujuan menjaga kualitas dan kebersihan daging merah yang memiliki daya tahan lebih lama dibandingkan organ dalam yang mudah membusuk.
“Karena kan pembusukan organ dalam lebih cepat, jadi sebaiknya diplastikan sendiri baru digabung ke bungkusan daging merah, agar daging merahnya tidak rusak juga,” jelasnya.
Dari hasil pengawasan yang dilakukan, drh. Irene menyatakan bahwa proses penyembelihan dan pengelolaan daging kurban di lingkungan MAJT telah dilakukan dengan baik dan sesuai prosedur. Namun ia mengingatkan pentingnya pengelolaan limbah penyembelihan, terutama saluran air, agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Baca juga : Kesetaraan Gender Dimulai dari Keluarga: Upaya Pemerintah Menuju SDM Inklusif dan Berkeadilan
Praktik pemeriksaan post mortem ini tidak hanya mencerminkan penerapan standar veteriner, tetapi juga menjadi bagian integral dari perlindungan kesehatan masyarakat (public health). Menurut kajian epidemiologi veteriner, keberadaan parasit seperti cacing hati pada hewan kurban dapat menjadi indikator kualitas manajemen kesehatan ternak di tingkat hulu. Meskipun tidak bersifat zoonosis, konsumsi organ yang terinfeksi dapat menimbulkan persepsi negatif terhadap keamanan daging kurban.
Di sisi lain, pengelolaan distribusi daging kurban memerlukan pendekatan etis dan higienis. Pemisahan antara organ dalam dan daging merah dalam pengemasan bukan hanya soal ketahanan pangan, tetapi juga menyangkut keadilan distribusi dan martabat penerima. Praktik pemisahan ini selaras dengan prinsip one health yang menekankan interkoneksi antara kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan.
Dinas Pertanian Kota Semarang, melalui praktik pengawasan ini, menunjukkan bahwa fungsi pengawasan negara atas ritual keagamaan tetap diperlukan dalam kerangka perlindungan hak masyarakat atas pangan yang sehat dan aman. Penegakan standar kesehatan hewan kurban juga menjadi cermin dari integrasi kebijakan publik yang inklusif terhadap praktik keagamaan di ruang publik.
Pewarta : Miftahkul

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal
#teman, #all, #wartawan, #berita