
“Kelompok seperti KWT Sendang Rejeki menunjukkan bagaimana solidaritas perempuan dapat menjadi fondasi ekonomi mikro yang mandiri, apalagi jika didukung oleh pelatihan, akses pasar, dan kebijakan afirmatif dari pemerintah.”
RI News Portal. Wonogiri 13 Mei 2025 – Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan lokal dan memberdayakan perempuan pedesaan, Kelompok Wanita Tani (KWT) Sendang Rejeki di Dusun Garon, Desa Jatipurwo, Kecamatan Jatipurno, Wonogiri, memanfaatkan lahan pertanian sempit seluas 30×30 meter sebagai lokasi pembibitan dan penanaman sayuran. Inisiatif ini tidak hanya memperkuat ekonomi rumah tangga, tetapi juga membuka ruang bagi perempuan untuk terlibat aktif dalam sistem produksi pangan yang berkelanjutan.
Menurut Ririn, pengelola sekaligus motor penggerak KWT Sendang Rejeki, kegiatan ini telah berlangsung selama kurang lebih satu tahun. Meski luas lahan terbatas dan anggota kelompok mengalami penurunan partisipasi, Ririn tetap konsisten mengelola budidaya sayuran seperti kangkung, sawi, bayam, tomat, dan lombok. Dalam satu kali panen, kelompok ini bahkan mampu menghasilkan hingga dua juta rupiah dari penjualan hasil pertanian tersebut.

“Kami memang hanya mengelola lahan kecil, dan anggota semakin berkurang karena kesibukan masing-masing. Tapi saya yakin, ini tetap bisa berjalan. KWT bukan hanya soal menanam, tapi juga soal melatih ibu-ibu mengelola pengeluaran dapur dengan cara mandiri,” ujar Ririn.
Kegiatan KWT Sendang Rejeki telah terintegrasi mulai dari pembibitan hingga distribusi ke rumah-rumah warga. Sisa hasil panen juga dipasarkan langsung oleh Ririn melalui berbagai saluran, termasuk media sosial, pedagang sayur keliling, hingga pasar tradisional. Dalam setiap kegiatan atau pertemuan masyarakat, Ririn kerap membawa hasil panen untuk dijual, memperluas akses produk lokal ke konsumen desa.
Upaya ini diperkuat melalui partisipasi Ririn dalam pelatihan-pelatihan pertanian modern yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. Pelatihan tersebut mencakup teknik budidaya, manajemen pemasaran, serta pengelolaan kelompok tani berbasis gender. Strategi ini bertujuan mengubah pola pikir konvensional ke arah pemberdayaan ekonomi produktif berbasis komunitas perempuan.
Kepala Desa Jatipurwo, Sukiyo, S.H., menyatakan bahwa program KWT di desanya merupakan bagian dari kebijakan pemberdayaan perempuan yang didukung oleh alokasi Dana APBN tahun 2024. Dana tersebut ditujukan untuk memperkuat ketahanan pangan lokal dengan pendekatan partisipatif yang menyasar rumah tangga rentan.
Baca juga : Kepatuhan terhadap Regulasi SPMB di Kota Bekasi: Antara Harapan Warga dan Tantangan Kapasitas Sekolah Negeri
“Meski hasilnya belum maksimal secara ekonomi, tetapi kegiatan ini menjadi ruang belajar dan penguatan kapasitas ibu-ibu desa. Ke depan, kami berharap KWT Sendang Rejeki bisa menjadi pemasok utama sayuran di pasar lokal dan mendukung kebutuhan pedagang keliling,” kata Sukiyo.
Keunggulan lokasi persemaian yang strategis, dengan tanah subur dan ketersediaan air berkat sumur bor, semakin mendukung keberlanjutan inisiatif ini. Infrastruktur dasar tersebut mengurangi ketergantungan pada teknik penyiraman manual, sekaligus meningkatkan efisiensi tenaga kerja yang terbatas.
Secara akademis, model pemberdayaan seperti yang dijalankan KWT Sendang Rejeki dapat dikaji lebih lanjut sebagai praktik baik dalam pembangunan berbasis komunitas (community-based development). Keberadaan kelompok tani perempuan seperti ini menunjukkan bagaimana kombinasi modal sosial, dukungan kebijakan, dan partisipasi aktif individu dapat menciptakan dampak sosial-ekonomi di tingkat desa.
Pewarta : Nandar Suyadi

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal