
“Diversifikasi pertanian dengan mengedepankan tanaman hortikultura dapat menjadi langkah strategis dalam meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi petani”
RI News Portal. Wonogiri, 04-Mei-2025, Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi tanaman hortikultura seperti semangka, melon, dan sayur-mayur sebagai alternatif untuk menjaga produktivitas lahan pertanian di Kabupaten Wonogiri, khususnya selama musim kemarau. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara kepada petani milenial di Desa Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, untuk menggali pengaruh praktik pertanian hortikultura terhadap hasil pertanian dan keberlanjutan ekonomi petani.
Sektor pertanian di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan, sering kali menghadapi tantangan besar, terutama selama musim kemarau. Ketergantungan pada tanaman padi, yang membutuhkan banyak air, menyebabkan banyak petani kesulitan menjaga keberlanjutan produksi selama musim kering. Oleh karena itu, pencarian alternatif tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan dan lebih menguntungkan menjadi penting. Tanaman hortikultura, seperti semangka, melon, dan sayuran, memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan petani, dengan memberikan hasil yang cepat dan menguntungkan.

Penelitian ini dilakukan di Desa Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, yang dikenal dengan potensi lahan pertanian yang cukup baik. Subjek penelitian terdiri dari petani milenial yang menerapkan sistem pertanian hortikultura di lahan mereka. Salah satu petani yang dijadikan studi kasus adalah Kartomo, yang telah sukses mengelola tanaman hortikultura di lahan seluas 300 meter persegi. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan Kartomo dan petani lainnya, serta observasi langsung terhadap praktik pertanian yang diterapkan.
Kartomo, seorang petani milenial, telah berhasil membuktikan bahwa tanaman hortikultura seperti timun, tomat, dan semangka dapat tumbuh dengan baik meski dalam kondisi kemarau. Dalam waktu kurang dari dua bulan, ia sudah dapat memanen hasil dari tanaman-tanamannya. Dengan modal produksi sekitar Rp2,5 juta, Kartomo berhasil memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan menanam padi. Ia mengelola tanaman secara bergantian dalam beberapa periode untuk memastikan bahwa panen dapat dilakukan setiap dua pekan.
Baca juga : Niat Baik Berujung Kekerasan, Kekuasaan Sosial yang Mencederai Krisis Etika RT/RW
Selain Kartomo, Maryono, seorang pelopor petani muda, juga memberikan contoh sukses dalam mengelola tanaman hortikultura. Maryono melakukan eksperimen pembuatan pupuk organik cair untuk tanaman hortikulturanya, yang terbukti efektif dalam meningkatkan hasil panen. Maryono lebih memilih menanam timun dan semangka, karena perawatannya yang relatif mudah dan permintaan pasar yang stabil. Dalam praktiknya, tanaman-tanaman tersebut tidak membutuhkan banyak air dan dapat bertahan hidup meski dalam cuaca panas, khususnya semangka yang hanya memerlukan tanah yang sedikit basah.
Menurut Maryono, ketimbang membiarkan lahan pertanian terbiar selama musim kemarau, lebih baik menanam tanaman hortikultura yang dapat memberikan keuntungan lebih besar. Ia juga menyarankan bahwa pertanian hortikultura dapat diterapkan di lahan pertanian yang tidak terlalu kering dan tandus, seperti yang ada di Desa Tanggulangin. Di desa tersebut, terdapat setidaknya sepuluh petani yang mengikuti jejak Maryono dalam menanam semangka dan melon.
Potensi hortikultura sebagai alternatif pertanian di Wonogiri sangat signifikan, terutama selama musim kemarau. Tanaman hortikultura seperti semangka, melon, dan sayur-mayur tidak hanya mengurangi ketergantungan pada air, tetapi juga memberikan peluang bagi petani untuk memperoleh hasil yang lebih cepat dan menguntungkan. Dalam konteks ini, keberhasilan Kartomo dan Maryono menunjukkan bahwa dengan modal yang terjangkau dan perawatan yang tepat, pertanian hortikultura dapat menjadi solusi yang efektif untuk meningkatkan pendapatan petani di daerah ini.
Tanaman hortikultura, seperti semangka, melon, dan sayur-mayur, merupakan alternatif yang sangat menjanjikan bagi petani di Wonogiri, terutama untuk menjaga produktivitas lahan selama musim kemarau. Keberhasilan petani milenial seperti Kartomo dan Maryono dalam mengelola tanaman hortikultura membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, tanaman ini dapat memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan menanam padi. Oleh karena itu, penting bagi petani untuk terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola tanaman hortikultura guna meningkatkan kesejahteraan mereka di tengah tantangan perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya alam.
Pewarta : Nandar Suyadi

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal