
RI News Portal. Jayapura 1 Juli 2025 – Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia kembali menyelenggarakan program Fasilitasi Budaya Tahun 2025 dengan fokus pelestarian musik tradisional Papua. Salah satu kegiatan unggulan kali ini adalah pelatihan alat musik khas Suku Hubula, Lokop Ane, yang akan digelar pada 4–5 Juli 2025 pukul 15.00 WIT di Perum Jokin Blok A, Kelurahan Dobonsolo, Sentani, Kabupaten Jayapura.
Mengusung tajuk “Lokop Ane Berbunyi, Dani Muda Berdiri”, kegiatan ini merupakan hasil sinergi antara Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXII dengan komunitas seni Indonesia Art Movement. Kolaborasi lintas institusi ini memperlihatkan pendekatan kultural yang inklusif, yang menempatkan pelaku budaya lokal sebagai garda depan pewarisan pengetahuan dan praktik seni tradisi.
Pelatihan ini tidak hanya berorientasi pada teknis pembuatan dan cara memainkan Lokop Ane, namun juga menjadi ruang edukatif yang menanamkan pemahaman kontekstual tentang fungsi budaya alat musik tersebut dalam kehidupan adat Suku Hubula—terutama dalam upacara ritual, komunikasi simbolik, dan ekspresi identitas komunal.

Sebagai alat musik bambu tiup, Lokop Ane memiliki nilai filosofis dan historis yang kuat dalam tatanan sosial masyarakat Pegunungan Tengah Papua. Dalam konteks pelestarian budaya, revitalisasi alat musik seperti Lokop Ane dinilai penting untuk menghadapi ancaman erosi budaya akibat modernisasi dan globalisasi.
Menurut penyelenggara, para fasilitator dalam pelatihan ini berasal dari komunitas pelaku budaya yang memiliki pengalaman intergenerasional dalam memainkan dan merawat Lokop Ane. Dengan demikian, proses transfer pengetahuan dilakukan secara otentik dan kontekstual, memastikan kesinambungan warisan budaya tidak terputus di tengah keterbatasan dokumentasi formal.
Kegiatan ini juga menjadi bagian dari strategi kebudayaan nasional dalam kerangka Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang mengedepankan pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan lokal. Selain itu, pelatihan ini turut mendukung agenda pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya pada tujuan ke-11 tentang kota dan komunitas yang berkelanjutan, dengan mendorong keberlanjutan praktik budaya tradisional.
Melalui fasilitasi budaya ini, pemerintah berharap generasi muda Papua semakin percaya diri dalam membawa identitas budaya mereka ke ruang-ruang nasional bahkan global. Dalam jangka panjang, program semacam ini berperan sebagai instrumen penguatan kohesi sosial dan kebinekaan Indonesia berbasis penghormatan terhadap kearifan lokal.
Pewarta : Setiawan S.TH
