
“Ekosistem mangrove adalah benteng alami terhadap perubahan iklim dan abrasi pantai. Rehabilitasi mangrove seperti yang dilakukan di Tanjung Pasir merupakan langkah strategis dalam menjaga keberlanjutan ekologi pesisir. Namun, keberhasilannya sangat tergantung pada komitmen jangka panjang dan pelibatan masyarakat secara aktif.”
RI News Portal. Tangerang, 5 Mei 2025 – Dalam upaya memperkuat ketahanan lingkungan dan pelestarian ekosistem pesisir, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Diaz Hendropriyono, melakukan penanaman 7.000 bibit mangrove di kawasan pesisir Desa Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, pada Minggu, 4 Mei 2025. Kegiatan ini dilakukan bersama Jenderal TNI (Purn.) A.M. Hendropriyono serta masyarakat lokal sebagai bagian dari program rehabilitasi ekosistem mangrove nasional.
Indonesia merupakan negara dengan kawasan hutan mangrove terluas di dunia, mencakup sekitar 3,4 juta hektare atau setara dengan 23 persen dari total luas hutan mangrove global. Dalam keterangannya, Wamen Diaz menegaskan bahwa posisi strategis ini bukan hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga mengandung tanggung jawab ekologis global. “Kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan melestarikan mangrove sebagai bagian penting dari solusi iklim dan perlindungan ekosistem pesisir,” ujarnya.

Ekosistem mangrove memainkan peran krusial dalam mitigasi perubahan iklim, penyerapan karbon, perlindungan garis pantai dari abrasi, serta sebagai habitat penting bagi keanekaragaman hayati. Namun, ekosistem ini juga menghadapi berbagai tantangan, terutama dari aktivitas manusia dan pencemaran lingkungan. Salah satu ancaman terbesar yang disoroti dalam kegiatan ini adalah pencemaran laut oleh sampah plastik.
“Pencemaran laut dengan sampah plastik merupakan ancaman serius bagi ekosistem mangrove. Kita harus menjaga kebersihan lingkungan, terutama dengan tidak membuang sampah ke sungai dan laut,” tegas Diaz, sambil mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk aktif dalam pengelolaan sampah dan rehabilitasi lingkungan.
Kegiatan ini tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga menjadi bentuk konkret dari pendekatan kolaboratif antara pemerintah, tokoh masyarakat, dan warga dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan terus memperkuat sinergi kebijakan di bidang lingkungan hidup dan perubahan iklim, termasuk melalui program pemulihan ekosistem mangrove yang saat ini menjadi bagian dari agenda nasional dan komitmen internasional Indonesia.
Dalam perspektif kebijakan lingkungan, aksi penanaman mangrove ini merupakan implementasi dari prinsip sustainability dan ecological resilience, di mana restorasi habitat pesisir menjadi instrumen penting untuk adaptasi terhadap perubahan iklim. Lebih dari itu, kegiatan ini juga mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), khususnya tujuan ke-13 (penanganan perubahan iklim) dan ke-14 (ekosistem laut).
Dengan pelibatan aktif masyarakat lokal, kegiatan ini memperlihatkan pendekatan berbasis komunitas (community-based environmental management) sebagai pilar penting dalam kebijakan pelestarian lingkungan. Keterlibatan publik dalam aksi-aksi ekologis seperti ini menjadi elemen krusial dalam membangun kesadaran kolektif dan keberlanjutan kebijakan jangka panjang.
Melalui langkah ini, pemerintah menegaskan bahwa pembangunan lingkungan bukan hanya menjadi tanggung jawab institusional, tetapi sebuah gerakan bersama untuk menjaga masa depan ekosistem dan generasi mendatang.
Pewarta : Syahrudin

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal