
RI News Portal. Jakarta, 22 Agustus 2025 – Di tengah lonjakan prevalensi kanker yang menjadi ancaman kesehatan publik utama di Indonesia, Endang Nugrahani resmi dikukuhkan sebagai Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Provinsi DKI Jakarta untuk periode 2025-2028. Upacara pelantikan yang berlangsung di Balai Kota DKI Jakarta ini disaksikan langsung oleh Gubernur Pramono Anung, menandai babak baru dalam upaya kolaboratif antara sektor swasta dan pemerintahan untuk memerangi penyakit yang menurut data Globocan 2022 menyumbang lebih dari 408.661 kasus baru dan 242.099 kematian di seluruh negeri. Khusus di Jakarta, survei berbasis rumah sakit pada 2018-2022 mencatat 15.042 pasien kanker dengan rasio pria-wanita 1:1,8, menunjukkan dominasi kasus pada perempuan yang sering kali terlambat didiagnosis.
Endang Nugrahani, yang memiliki latar belakang sebagai pasangan dari Gubernur Pramono Anung sejak 1991 dan ibu dari dua anak, membawa perspektif pribadi dan profesional ke jabatan ini. Dalam pidato pengukuhannya, ia menyoroti urgensi deteksi dini dan layanan paliatif sebagai pilar utama dalam meningkatkan tingkat kesembuhan. “Keterlambatan diagnosis tidak hanya menurunkan peluang survival, tetapi juga merusak kualitas hidup pasien secara holistik,” ujarnya di Balai Agung. Pernyataan ini selaras dengan bukti ilmiah global yang menunjukkan bahwa integrasi paliatif dini dapat meningkatkan kontrol gejala, mengurangi depresi, dan memperpanjang harapan hidup pasien kanker stadium lanjut.

Berbeda dari pendekatan konvensional yang sering terfokus pada pengobatan kuratif, visi Endang menekankan model ekosistem terintegrasi. Ia berkomitmen untuk mengembangkan program edukasi masyarakat yang berbasis bukti, memanfaatkan data prevalensi kanker nasional dari Rencana Kanker Nasional 2024-2034 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan. Program ini mencakup peningkatan akses deteksi dini melalui skrining massal, seperti yang telah diinisiasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI via Cek Kesehatan Gratis (CKG), serta vaksinasi HPV untuk pencegahan kanker serviks pada anak usia sekolah dasar. Selain itu, integrasi layanan paliatif dengan Pasukan Putih—tim relawan kesehatan—diperkuat untuk mendukung pasien di komunitas pinggiran, di mana akses fasilitas diagnostik masih terbatas.
Sejarah YKI, yang didirikan pada 1977 sebagai organisasi nirlaba nasional, telah berkembang menjadi jaringan cabang provinsi dengan fokus pada advokasi, edukasi, dan dukungan pasien. Di DKI Jakarta, cabang ini telah menjalankan inisiatif seperti kampanye kesadaran kanker dan kolaborasi dengan rumah sakit rujukan, termasuk penyediaan apotek khusus dan hotline donasi. Endang menyerukan sinergi lintas sektor, melibatkan Dinas Kesehatan Pemprov DKI, LSM, dan korporasi swasta, untuk mengatasi disparitas akses layanan. “Kami bukan hanya penyedia bantuan, tapi katalisator perubahan sistemik yang menjangkau lapisan masyarakat paling rentan,” tambahnya.
Baca juga : Berita Duka dari Musi Banyuasin: Kepergian Rosada Rohman
Pendekatan ini potensial mengurangi beban ekonomi kanker, yang pada 2016 saja mencapai Rp2,2 triliun di Indonesia. Dengan prevalensi kanker paru sebagai penyebab utama kematian pada pria (34.783 kasus baru pada 2020), program YKI di bawah Endang diharapkan menjadi model replikasi nasional, terutama dalam konteks urban seperti Jakarta di mana polusi dan gaya hidup modern memperburuk risiko.
Pelantikan ini tidak hanya simbolis, tapi langkah strategis menuju sistem kesehatan yang lebih inklusif. Seperti yang diungkapkan Endang, “YKI harus menjadi pelita harapan, menerangi jalan bagi pasien dan keluarga mereka di tengah kegelapan penyakit.” Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, inisiatif ini berpotensi menurunkan mortalitas kanker secara signifikan dalam tiga tahun mendatang.
Pewarta : Yogi Hilmawan
