
“Pembinaan olahraga sejak usia dini harus menjadi bagian integral dari sistem pendidikan. Sekolah bukan hanya tempat belajar akademik, tetapi juga tempat lahirnya karakter, kerja sama, dan prestasi melalui olahraga.”
RI News Portal. Wonogiri, 17 Mei 2025 – Cabang olahraga sepak takraw masih tergolong kurang populer di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Kabupaten Wonogiri. Namun, sejak tahun 2003, SD Negeri Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, menunjukkan kiprah luar biasa dalam pembinaan atlet muda cabang ini. Di bawah bimbingan Mujiono, S.Pd., seorang guru pendidikan jasmani berdedikasi tinggi, sekolah ini berhasil melahirkan atlet-atlet berprestasi hingga tingkat nasional. Artikel ini mengulas dinamika pembinaan, tantangan pengembangan cabang olahraga takraw di tingkat dasar, serta implikasinya bagi pembangunan olahraga daerah.
Pembinaan olahraga usia dini merupakan fondasi penting dalam mencetak atlet berprestasi nasional. Di tengah dominasi cabang-cabang olahraga populer seperti sepak bola dan bulu tangkis, kehadiran olahraga tradisional seperti sepak takraw kerap terpinggirkan. Namun berbeda halnya di SD Negeri Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, yang sejak 2003 menjadi pionir dalam pengembangan olahraga sepak takraw tingkat sekolah dasar.

Sejak tahun 2003, cabang olahraga sepak takraw mulai dikenalkan kepada siswa SDN Tanggulangin oleh Mujiono, S.Pd., seorang guru pendidikan jasmani yang melihat potensi besar dalam olahraga ini. Meski awalnya kurang diminati dan tidak sepopuler cabang lain, kegigihan Mujiono dalam melatih siswa berhasil membentuk antusiasme baru di kalangan pemuda dan remaja Desa Tanggulangin terhadap sepak takraw.
Pada tahun 2004, hasil pembinaan ini mulai tampak nyata saat tim sepak takraw cilik dari SDN Tanggulangin mewakili Kabupaten Wonogiri dalam ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Tengah dan meraih posisi kedua, hanya kalah dari Kabupaten Jepara.
Puncak prestasi terjadi pada tahun 2005 dan 2006, saat tim sepak takraw dari SDN Tanggulangin yang mewakili Kabupaten Wonogiri dan Provinsi Jawa Tengah berhasil meraih medali perak tingkat nasional dalam ajang POPNAS. Atlet cilik seperti Ilham Anggoro Seno dan Putut Rusdwi Atmoko menjadi ikon keberhasilan ini, bahkan tampil di bawah gemerlap panggung nasional di stadion sepak takraw DKI Jakarta.
Ilham Anggoro Seno, yang kini (2025) berstatus sebagai pelatih honorer di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Jawa Tengah, merupakan salah satu bukti keberhasilan pembinaan jangka panjang. Ia berharap pemerintah daerah lebih memperhatikan kesejahteraan atlet dan mantan atlet yang telah berjasa mengharumkan nama daerah.
Mujiono, S.Pd. adalah figur sentral dalam keberhasilan ini. Selain mengajar berbagai cabang olahraga seperti tenis meja dan bulu tangkis, sepak takraw menjadi perhatian utamanya karena potensinya dalam membangun disiplin, ketangkasan, dan kerja sama tim. Di tengah keterbatasan sarana dan minimnya dukungan struktural, dedikasi pribadi dan pendekatan edukatifnya mampu menciptakan ekosistem pelatihan yang produktif.
Sikap sederhana dan konsistensi Mujiono menjadikannya panutan. Ia dikenal tidak hanya sebagai pelatih, tetapi juga sebagai inspirator dan pendidik yang dihormati anak-anak didiknya.
Meski telah menghasilkan prestasi membanggakan, cabang olahraga sepak takraw di Wonogiri masih kurang mendapatkan dukungan optimal. Minimnya fasilitas latihan, keterbatasan dana, serta kurangnya perhatian dari instansi terkait menjadi hambatan utama. Dibutuhkan sinergi antara sekolah, pemerintah daerah, dan komunitas olahraga untuk mempertahankan dan mengembangkan potensi atlet sepak takraw dari akar rumput.
Kisah SDN Tanggulangin menjadi bukti bahwa sekolah dasar di daerah pedesaan pun dapat menjadi pusat pembinaan olahraga berprestasi nasional, jika didukung oleh tenaga pendidik yang berdedikasi dan strategi pembinaan yang berkelanjutan.
Kiprah SDN Tanggulangin dan Mujiono, S.Pd. adalah contoh nyata bagaimana olahraga dapat menjadi sarana pemberdayaan siswa dan pengembangan karakter di tingkat pendidikan dasar. Keberhasilan ini juga menjadi cermin bahwa pengembangan olahraga minoritas seperti sepak takraw memerlukan keberpihakan kebijakan dan perhatian berkelanjutan. Momentum ini seharusnya dimanfaatkan oleh para pemangku kebijakan untuk memperluas basis pembinaan atlet muda demi masa depan olahraga Indonesia yang lebih inklusif dan berprestasi.
Pewarta : Nandar Suyadi

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal