
RI News Portal. Jakarta 22 Mei 2025 – Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kunjungan mendadak ke wilayah Kursk, Rusia barat, pada Rabu (22/5), dalam langkah yang dinilai sebagai manuver strategis untuk menegaskan kendali Kremlin atas jalannya perang, di tengah klaim Ukraina yang menyatakan pertempuran di wilayah perbatasan masih berlangsung.
Kunjungan tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan Putin ke wilayah Kursk sejak Moskow mengumumkan keberhasilan mengusir pasukan Ukraina dari daerah tersebut pada April 2025. Menurut pernyataan resmi Kremlin, kunjungan ini dimaksudkan sebagai bentuk solidaritas serta penguatan moral bagi warga dan relawan di wilayah yang masih rentan terhadap serangan.
Kursk menjadi titik strategis dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun. Sejak serangan kejutan pasukan Ukraina pada Agustus 2024 yang menembus perbatasan daratan Rusia untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, kawasan ini terus menjadi ajang pertempuran sengit. Serangan tersebut sempat mencoreng reputasi kekuatan militer Rusia dan membuka pertanyaan tentang kesiapan pertahanan nasional Moskow.

Dalam kunjungannya, Putin meninjau proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Kursk-2 serta berdialog dengan para relawan lokal. Media pemerintah menyiarkan momen-momen ketika relawan mengenakan atribut bercorak bendera Rusia dan simbol “V”, ikon yang diasosiasikan dengan invasi Moskow ke Ukraina. Dalam salah satu pernyataannya, Putin menyebut keterlibatan relawan dalam upaya pemulihan wilayah sebagai “pengabdian bermakna di tengah situasi sulit negara.”
Namun, klaim Rusia atas keberhasilan penuh di Kursk mendapat bantahan dari pihak Ukraina. Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina menyatakan bahwa operasi tempur di wilayah perbatasan tersebut masih berlangsung hingga Rabu malam. Mereka mengklaim bahwa pasukan Ukraina tetap mempertahankan sebagian posisi dan telah menimbulkan kerugian signifikan terhadap militer Rusia. Peta situasi yang dirilis oleh pihak Ukraina menunjukkan garis pertahanan yang masih memasuki wilayah Rusia, menandakan ketidakpastian situasi di lapangan.
Para analis menilai bahwa kunjungan ini merupakan bentuk kontrol narasi oleh Kremlin, yang berusaha menampilkan dominasi politik dan militer di tengah meningkatnya tantangan strategis. Kursk sendiri menjadi satu-satunya wilayah yang sempat jatuh ke tangan musuh sejak akhir 2023, ketika secara umum Rusia unggul dalam penguasaan medan tempur.
Laporan intelijen Barat, termasuk dari Amerika Serikat dan Korea Selatan, menyebut bahwa Rusia bahkan memobilisasi hingga 12.000 personel dari Korea Utara untuk memperkuat operasi militer di kawasan tersebut. Informasi ini belum dikonfirmasi secara independen, tetapi menggambarkan dimensi internasional yang kian kompleks dalam konflik tersebut.
Sementara itu, intensitas pertempuran tidak mereda. Dalam laporan terbarunya, Kementerian Pertahanan Rusia menyebut bahwa dalam kurun 22 jam terakhir, sebanyak 262 drone Ukraina berhasil dijatuhkan di berbagai wilayah, termasuk 16 unit yang menargetkan Moskow dan menyebabkan gangguan operasional di bandara Domodedovo serta Sheremetyevo.
Sebaliknya, Ukraina juga mengklaim keberhasilan dalam menyerang fasilitas strategis militer Rusia. Sepuluh drone dilaporkan menghantam sebuah pabrik semikonduktor di wilayah Oryol—serangan yang disebut bertujuan memperlambat kapasitas produksi perangkat militer Rusia.

Terlepas dari keberhasilan taktis Ukraina, langkah ofensif tersebut dinilai berisiko tinggi. Dengan garis depan sepanjang hampir 1.000 kilometer dan keterbatasan sumber daya manusia, strategi agresif Ukraina dapat berdampak pada kerentanan pertahanan jangka panjang, menurut sejumlah pengamat militer.
Dalam rangka membangun kembali kepercayaan publik dan mengatasi dampak sosial perang, Putin juga menyatakan dukungan terhadap kompensasi bulanan bagi warga Kursk yang belum dapat kembali ke tempat tinggal mereka. Ia juga menyampaikan persetujuan atas rencana pembangunan museum untuk mengenang “kepahlawanan para pembela wilayah.”
Kunjungan Putin ke Kursk tidak hanya mencerminkan solidaritas simbolik, tetapi juga menjadi indikasi bahwa Kremlin tengah berupaya menyeimbangkan realitas militer dengan narasi politik domestik yang mengedepankan stabilitas, kendali, dan legitimasi di mata publik Rusia.
Pewarta : setiawan S.Th

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal